Curhat

11 6 1
                                    

Happy Reading✨

"Nesyi mana, sih? Kok belum balik juga?" Pertanyaan Al mendapatkan gelengan kepala dari yang lain.

"Biar gue cari." Tawar Dhefin, setelah itu ia segera beranjak pergi dari tempat. Saat ini anggota BlackBlood telah berada di rumah sakit, mungkin sekitar 30 menit yang lalu saat mereka melaksanakan sholat isya.

Baru saja Dhefin ingin berbalik, ternyata gadis yang dicarinya itu telah kembali dengan seseorang di sampingnya yang tentu membuat Dhefin langsung memasang wajah datar nan dingin, begitu pula dengan anggota BlackBlood lainnya.

"Ya ampun, Nes! Dari mana sih, lo?" Tanya Ethan kesal, kemudian perhatiannya beralih pada Rocki.

"Sorry, Bang! Tadi gue ketemu, Kak Rocki, terus ngobrol bentar. Sekalian jenguk, Papa Azman." Jujur Nesyi.

Dhefin mengernyit heran. "Papa?" Ulangnya.

"Dari kecil Nesyi emang manggil Om Azman dengan sebutan papa." Jawab Zayyan yang mengerti dengan apa yang tengah dipikirkan oleh Dhefin.

"Ada apa? Kenapa kalian mandang Kak Rocki, kaya gitu?" Tanya Nesyi heran melihat tatapan dari geng BlackBlood.

Zayyan, Al dan Ethan pun lantas melihat ke arah anggota BlackBlood. Benar saja, pandangan mereka saat ini seperti tidak bersahabat.

"Kenapa?" Tanya Zayyan. Namun di acuhkan oleh mereka. Fokus mereka saat ini hanya pada Rocki saja.

"Om Azman, kenapa?" Tanya Dhefin terdengar berat saat mengucapkan kata om.

"Lo nggak perlu tau!" Ketus Rocki yang balik memandang Dhefin dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Kalian saling kenal?" Kali ini Ethan yang bertanya.

"Pergi sana! Muak banget gue lihat muka sombong lo, itu!" Usir Raja memandang tak suka.

"Kak Raja apaan, sih! Kak Rocki ke sini kan mau jenguk kembar! Kok malah diusir?" Kesal Nesyi.

Rocki menepuk puncak kepala Nesyi dengan sayang sembari tersenyum hangat. Bagi mereka yang tidak tahu mungkin akan mengira Rocki dan Nesyi adalah kakak adik yang serasi.

"Gue balik dulu, ya... Lain kali gue dateng, lagi." Pamit Rocki dengan suara lembut. Bahkan geng BlackBlood memandang tak percaya perlakuan pemuda itu pada Nesyi.

"Tapi kakak belum ketemu, abang Nesyi." Keluh Nesyi dengan mempoutkan bibirnya.

Rocki menghela nafas panjang, sedikit tidak enak sebenarnya membuat adik kesayangannya kecewa seperti ini. "Yaudah deh, gue janji besok bakal datang lagi, oke?" Nesyi mengangguk pasrah.

"Udah dong, jangan cemberut lagi. Masa kesayangan gue cemberut gini, sih? Nanti cantiknya hilang, loh." Goda Rocki. Sedangkan geng BlackBlood yang menyaksikan hal tersebut semakin terlihat bingung.

(*^_^*)

"Nesyi kemana, Ngel? Kok tumben nggak bareng sama lo?" Tanya Ghina saat mempersilakan Angel untuk duduk.

Angel sedikit berpikir. "Nesyi ada tugas kampus. Jadi nggak bisa datang." Alibinya. Ghina mengangguk percaya.

"Btw kita mau ngapain, nih?" Tanya Ghina bingung.

"Gue mau cerita sesuatu sama lo." Ujar Angel pada akhirnya. Ghina mengangguk, mulai memposisikan duduknya dengan benar.

"Lo tau Jayden, kan?" Tanya Angel memulai cerita, Ghina lagi-lagi mengangguk. "Dia balik lagi, Ghin. Dia ada, di sini."

Ghina tampak terkejut. "Kapan dia datang ke sini? Ngapain dia ke sini?"

"Gue nggak tau. Waktu itu gue juga kaget pas lihat dia ada di rumah, Nesyi. Gue rasanya pingin pergi, Ghin! Gue nggak sanggup kalau harus ketemu dia lagi." Isak Angel. Ghina mendekat kemudian membawa Angel ke dalam pelukannya.

"Gue takut sama Jayden, Ngel. Gimana kalau dia ngelakuin hal itu lagi? Waktu itu gue bisa aja selamat. Tapi siapa yang bisa menjamin kalau kali ini gue bakal selamat?" Lirih Angel. Ghina memilih diam.

"Kenapa Jayden harus balik lagi? Udah bagus dia pergi selama ini, tapi kenapa dia balik lagi? Gue nggak mau kalau harus ketemu sama dia mau sengaja atau pun nggak sengaja, Ghin."

"Ssssttt... Lo positif thinking, aja. Mungkin Jayden udah balik, ke luar negeri. Lo nggak pernah ketemu dia lagi, kan?"

Angel menggeleng lemah. "Lo harus positif thinking, Ngel. Lo tenang aja, kalau sampai cowok kurang ajar itu lakuin hal itu lagi ke lo. Gue dan Nesyi adalah dua orang pertama yang bakal maju paling depan!" Ujar Ghina percaya diri. Hal itu tentu membuat Angel terkekeh kecil, sahabatnya ini memang sangat pandai menghiburnya.

"Udah, ya. Lo nggak boleh nangis! Inget nggak apa kata, Nesyi?"

"Jangan sampai ada air mata kesedihan! Yang boleh hanya air mata kebahagiaan!" Ujar kedua gadis itu bersamaan.

"Gue juga mau curhat sama lo, Ngel." Ujar Ghina membuat Angel menoleh padanya.

Ghina menghela nafas terlebih dahulu sebelum memulai cerita. "Gue pingin balik kuliah lagi, Ngel. Gue rindu semuanya. Pendidikan, seragam, teman-teman kampus, dosen, suasana pendidikan dan yang lainnya. Tapi gue nggak bisa, setelah apa yang terjadi, beasiswa gue pasti udah lama tercabut, gue nggak pernah kuliah lagi, di tambah pelecahan yang gue terima. Itu jelas-jelas melanggar perjanjian bagi penerima beasiswa."

Angel menggeleng tegas. "Nggak, Ghin! Lo salah. Itu semua bukan keinginan lo! Keadaan yang buat lo jadi, kaya gini. Ghina, dengerin gue, lo bisa kuliah lagi. Lo pasti bisa, gue dan yang lainnya bakal bantuin lo buat kuliah lagi. Apa pun caranya." Tekadnya.

Ghina terharu. "Nggak usah, Ngel. Udah cukup gue selalu ngerepotin kalian semua. Gue nggak mau selalu jadi beban."

"Maksud lo apa bilang, gitu?!" Tanya Angel naik oktaf. "Ingat Ghina! Kita semua bantuin lo bukan karena kasihan! Tapi kita semua bantuin, karena lo adalah keluarga kita! Lo keluarga kita Ghina Virotun Aldarisha! Mau sampai kapan lo terus-menerus ngomong ngerepotin kita semua, ha?!" Murkanya.

Ibu Ghina yang tak sengaja mendengar kalimat Angel itupun menangis. Bukan, bukan karena tersinggung ataupun sakit hati. Melainkan karena terharu oleh ucapan yang dilontarkan oleh gadis itu. Ia sama sekali tidak menyangka, sebegitu sayangnya mereka dengan Ghina, hingga rela melakukan apapun untuk membuat putrinya bahagia.

Risha senang dan sedih disaat bersamaan. Senang karena putrinya mendapatkan teman-teman yang sangat menyayanginya. Sedih karena ia merasa menjadi orang tua yang gagal dalam menghidupi putrinya.

"Kamu beruntung, Nak. Kamu beruntung karena bisa dapat teman-teman seperti mereka." Isak Risha.

Sedangkan kini keadaan menjadi terbalik. Angel telah membawa Ghina ke dalam pelukan hangatnya.

"Lo nggak boleh ngomong kaya gitu, Ghin. Kita ini bukan cuma sekedar sahabat, tapi juga keluarga, dan disaat ada anggota keluarga yang merasa susah. Kita semua pasti juga ngerasa susah." Ujarnya. "Jangan pernah merasa sendiri, Ghin. Lo punya gue, Nesyi, orang tua lo, BlackBlood dan GoldDragon. Kita semua keluarga, apa pun keadaannya dan apa pun yang terjadi. Kita bakal tetap jadi keluarga selamanya. Oke!"

Ghina mengangguk menanggapi. "Maaf." Lirihnya. Angel tersenyum tulus, gadis itu semakin memeluk sahabat yang telah ia anggap sebagai adik itu dengan erat.

To Be Continue

ViARMY1

Kita Berbeda [Ending]Where stories live. Discover now