03 ✏ Alasan

1.1K 98 1
                                    

Suasana kantin yang ramai semakin bertambah ramai saat geng yang diisi oleh orang orang jenius tampan datang dengan niat untuk mengisi perut.

"Kak Keii"

"Haii kakak"

"Keii jalan yuk"

"Pak jokowi saya mencintai salah satu rakyatmu"

Teriakan demi teriakan mengudara, hanya dibalas senyum hangat dan lambaian tangan oleh satu orang yang terlihat paling ramah.

"Iya kapan kapan ya cantik" tanggap orang itu dengan masih mempertahankan senyum menawannya, membuat para gadis makin menggeliat bak cacing kepanasan.

"Idih.. najis banget gue, kok bisa jadi perempuan murah banget. Ga ada harga dirinya"

Dia adalah Kei Fahrim, lain diluar lain lagi didalam. Perawakan tinggi dengan sifat ramah tapi percayalah itu semua palsu. Kesayangan para guru karena berbakat dibidang matematika. Calon penerus dojo taekwondo tersebut meyakini bahwa hubungan sosial yang baik diperlukan untuk menjalin koneksi, itu sebabnya Kei rela bersikap diluar sifat aslinya.

"Kak Mick, ini coklat buat kakak" seorang gadis cantik dengan rambut hitam tergerai menghampiri mereka dengan satu batang coklat ditangan,  setelah berhasil memberikan coklat tersebut kepada salah satu idol sekolah ia berlari kecil menjauh, tampak malu malu setelah saat sang pujaan hati menerima coklat pemberian darinya.

"Heh.. kurang kerjaan amat, mending lu daftar jadi babu gue aja" ucap jijik pemuda dengan gaya rambut Two Block lalu membuang satu batang coklat yang bahkan tak terlalu diliriiknya tepat kedalam tong sampah.

Pemuda itu adalah Mick Anarta. Sikapnya yang paling dominan ialah enggan menghargai orang lain, dia tidak meminta dirinya di artis-kan tapi para gadis itu sendirilah yang memujanya berlebihan.

Terlalu jujur dalam menanggapi sesuatu, sehingga kalimat apapun yang keluar dari mulutnya tak pernah difilter. Berbakat dalam bidang olah raga dan memiliki posisi sebagai wakil ketua tim basket.

Sedangkan orang yang paling memiliki aura dominan dari geng kebanggaan para guru tersebut berjalan lurus kedepan tanpa menghiraukan gangguan yang didapat kedua temannya, laki laki berusia 17 tahun lebih 9 bulan itu memasukan salah satu tangannya kedalam kantong celana dan tangan lainnya ia gunakan untuk mengotak atik ponsel genggam dengan logo apple digugut ulat.

Fokus tanpa terganggu Hingga sebuah sendok melayang tepat mengenai wajah tegasnya, marah? Tentu saja! selama hampir 2 tahun dia bersekolah disini membuatnya disegani karena gurat wajah garang dan cueknya. Lantas siapa bocah tengik yang berani melempar sendok berbau kuah bakso ini tepat kewajahnya.

Aura hitam yang dikeluarkan pemuda jangkung ini taklah main main, orang orang disekitarnya jelas tau bahwa dia sedang marah. Para gadis yang tadi memekik pun terdiam, kantin seketika hening. Sekuat itukan peran laki laki itu?

Dia adalah Rafa Anadra A. Pewaris tunggal keluarga yang dikenal dengan marga A tersebut, seorang ketua osis yang disegani dan ketua tim basket yang bersikap dingin bahkan dengan timnya sendiri.

Mengedarkan matanya sekeliling guna mencari sang pelaku dan gotcha.

Rafa maju mendekati dua bocah pendek yang saling menjambak, bisa bisanya para bocah itu mengabaikan tatapan marah serta hawa tak mengenakkan yang datang darinya.

Ahh.. X, logo itu terpampang apik di lengan baju putih kedua bocah itu, pantas saja mereka berani berprilaku kurang ajar padanya, murid baru rupanya. Heh..

Perlu diberi sedikit pelajaran agar dua bocah itu mengerti posisi dan tak berprilaku seenaknya.

Suasana kantin semakin tegang, pemuda tinggi dengan rahang tegas membawa pelan tungkai nya mendekat kearah dua bocil yang masih adu argumen dengan rambut acak acakan.

Awal tanpa Akhir [END]Where stories live. Discover now