08 ✏ Kisah tak Sempurna (2)

503 51 0
                                    

Masih pada kisah mereka yang tak kan pernah mencapai sempurna 😉
.
.
.
.
.

Hari ini adalah hari ketiga sejak Nathan terus menerus menempeli kemana pun Dirga melangkah.

Hari ketiga dimana emosi sang elang benar benar dikuras.

Setelah pertemuan mereka dibelakang sekolah pada saat penyambutan para siswa baru, Nathan tak pernah lagi menunjukkan wajah didepannya.

Tapi sejak hari pertama bocah berusia 14 tahun itu kembali menginjakan kaki disekolah seusai demam ringan, Nathan, anak sialan itu terus menerus mengikutinya bak anak itik yang tak ingin terpisah dari induk. Terus berbicara dengannya meski selalu ia bentak atau tak ia hiraukan sebagai balasan.

Setidak peduli itulah Nathan, apapun perkataan pedas yang keluar dari mulut Dirga tak menghapus niatnya untuk terus mengganggu sang kakak.

Berharap dapat membawa sosok itu pada cahaya dalam kegelapan serta mengeluarkannya dari kesunyian yang ia rasakan semenjak teman temannya perlahan berubah, tak lagi terlalu menggubrisnya.

Tapi tentu usaha kecil seperti itu tak akan mampu meluluhkan hati batu seorang Dirga Abimanyu Zaxtar. Emosinya selalu memburu ketika Nathan berada didekatnya, ringan tangannya sering ia bawa ketubuh ringkih orang yang selalu muncul dihadapannya akhir akhir ini.

Terus menerus seperti itu hingga 4 bulan telah berlalu..

Tak kunjung menyerah, Nathan kembali membawa laju tungkai kakinya mendekati kelas sang kakak. Orang orang menatap miris kepadanya, memar membiru hasil karya Dirga belum sepenuhnya menghilang tapi Nathan seolah tak peduli, masih saja keras kepala mengganggu sang kakak tiri.

Beberapa orang dikelas 7-2 merasa kasian padanya, mereka telah berkali kali menyuruh Nathan untuk berhenti melakukan hal bodoh yang sia sia itu, namun Nathan selalu menolak. Entah apa yang ada dipikiran bocah pendek tersebut, karena siapapun pasti risih jika orang yang dia anggap benalu terus mengikutinya.

Ini sudah 4 bulan lamanya, Dirga pun terkadang merasa heran, apa sebenarnya alasan Nathan melakukan hal sia sia seperti ini dan apa yang sebenarnya ingin bocah itu tunjukkan kepadanya?

"Abang.." seru suara halus menggema diseluruh ruangan yang tengah sepi, ketika kaki beralas sepatu hitam telah memasuki ruang kelas Dirga, anak itupun tersenyum sendu

"Abang sendirian lagi kan.." batinnya bergejolak

Menghampiri, lalu duduk disebuah kursi yang berada didepan meja orang yang saat ini tengah membaringkan kepalanya diatas meja, beralaskan kedua tangan pemuda itu menutup wajahnya.

"Abang kantin yuk.. Nanthan laper, emang abang gak laper? Dua jam setengah duduk dikelas tarus denger penjelasan matematika bikin otak Nathan ngebul..

Si bocah berjalan mengedar tempat, lalu berhenti saat melihat sebuah kertas putih yang bertuliskan 'jadwal pelajaran'  kelas 9-1 tertempel rapi di samping meja guru

Abang, pagi ini belajar apa? Sejarah. Uhhh.. gimana gak ngantuk?"

Berlari sambil melompat kecil, Nathan kembali duduk ditempatnya semula, memperhatikan yang lebih tua masih nyaman pada posisinya sehingga tak memiliki niat untuk bangun dan saling bertukar kontak mata.

Aura yang dikeluarkan dari sang kakak terasa lebih murung hari ini.
Apa kakaknya itu sedang sedih?

Menopang dagu dengan sebelah tangan, Nathan kembali berbicara kepada batu didepannya ini yang ia yakini bahwa Dirga tidaklah tidur.

Awal tanpa Akhir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang