34 ✏ Dislike (3)

248 30 3
                                    

"Apa yang ada dipikiran anda, nyonya?" Irsyad berjalan menghadap Gira yang sudah terduduk lemas dilantai sembari terisak.

Ia membentuk tanda jempol ditangan kanannya, kemudian membalikkan jempolnya menghadap kebawah.

Membentuk tanda Dislike.

Game over.

"Pasti sakit hidup dalam kebohongan selama bertahun tahun--"

Irsyad mengedikan bahu acuh.

"Jadi lebih baik menerima fakta yang ada daripada berharap kepada seorang manusia" lanjutnya.

Irsyad kembali menghadap komputer, memasukan kembali Flashdisk dan memulai ulang hal yang sempat tertunda.

Nathan mencoba bangkit secara perlahan. Bertumpu pada dinding, Nathan mencoba mendekati Irsyad. Ia tau Irsyad sudah mendengar isi audio itu lebih dulu, tapi tetap saja rasanya Nathan ingin merengkuh tubuh itu lalu mengatakan 'gak papa kalo lu pengen nangis'

Tanpa aba aba Nathan memeluk sosok rapuh itu dari belakang, membiarkan Irsyad yang diam mematung.

Pelukan yang singkat, setelah melepaskan pelukan Nathan berjalan menjauh mendekati Dirga tanpa mau menatap mata Irsyad. Karena ia tau jika kedua mata mereka bersiteru, maka tangisan tak lagi dapat tertahankan.

"Khahahaha.. gue harap lu gak lupa sesuatu bangsat!" Zaqin berteriak lalu berlari menuju Irsyad dengan membawa sebalok kayu

"Gara gara kakak lo, adek gue mati.. aaaaghh" Ayunan balok yang hendak mengenai punggung Irsyad membuat beberapa orang yang berada disana berteriak memperingati

Namun alih alih merasakan hantaman kuat pada tubuhnya Irsyad justru merasa kehangatan yang menjalar saat tubuhnya dibawa kedalam rengkuhan seseorang.

Membuka mata, Irsyad tertegun. Tak percaya dengan apa yang dialaminya. Balok kayu tersebut ditahan oleh tangan kiri Alby sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk membawa Irsyad kedalam pelukannya.

HAH?!!

Lagi lagi Nathan dibuat melongo tak percaya, bukankah Alby berada dipihak musuh. Jadi bagaimana bisa ia?

Dengan tangan kekarnya, Alby membuang balok kayu tersebut kesamping. Zaqin yang semula terkejut mulai menetralkan wajahnya kembali.

"Cih. Satu lagi pengkhianat"

"Gira!" Zaqin berdecak kala melihat Gira yang makin meluruh kelantai seperti tak memiliki keinginan untuk melanjutkan hidup

Benar benar tak bisa diandalkan.

Bahkan orang secerdas dan selicik Gira tidak akan bisa berkutik apabila para rekan mengkhianatinya.

"Kenapa lo berkhianat hah?"

"Bukankah sebelumnya mereka saling berbahasa formal" Irsyad mengkritik didalam hati

"Bisa bisanya lo nyelamatin dia"

"Woi, pilih salah satu dong mau bahasa gaul atau formal. Aneh banget dengernya, tadi ngomong formal sekarang ngomong gaul. Kek jamet asli" Irsyad mengoceh masih didalam pelukan Alby, membuat Daniel rasanya ingin menepuk keningnya andai saja tangannya tak terantai.

"Apa kau lupa, apa yang telah dilakukan oleh anak ini?"

"Noh kan formal lagi. Gak punya prinsip idup lu"

Alby terkekeh pelan melihat keunikan anak yang sedang direngkuhnya ini.
Irsyad yang mendengar kekehan geli Alby sontak sadar bahwa dirinya berada didalam pelukan musuh. Dengan cepat ia mendorong tubuh Alby dengan kedua tangannya. Membuat yang lebih tua terpaksa melepaskan.

Awal tanpa Akhir [END]Место, где живут истории. Откройте их для себя