15 ✏ Lihat aku

338 39 0
                                    

3 buah telur busuk mendarat sempurna dikepala dan juga bahunya.
Bau mengerikan dari air bekas pel dipadukan dengan tajamnya bau telur yang sudah membusuk menyempurnakan penampilan kacau Nathan.

Jika biasanya ia akan melawan namun berbeda dengan hari ini.

Ia diam hanya ingin diam.

Hari ini ia terlalu lelah bahkan hanya untuk sekedar membela diri.

Karena pada jam istirahat, Nathan  dipanggil menghadap kepala sekolah. Beliau mengatakan jika spp nya sudah menunggak. Hal itu benar benar mustahil, semasa ia masih bekerja hingga kini kedua kakaknya membiayai hidupnya, ia tak pernah sekalipun melupakan uang spp nya. Selalu ia bayar rutin tapi mengapa dalam catatan ia menunggak dari awal masuk SMA?!

Apa lagi sekarang?

Tangan kanannya ia gunakan untuk menutup matanya yang kini kian memanas, apa yang harus ia lakukan?
Hari ini ia sudah bersusah payah membela diri, menjelaskan bahwa ia tak pernah menunggak uang spp tapi tetap saja suaranya tak didengar. Justru kepala sekolah sialan itu menudingnya melarikan uang pemberian keluarga Zaxtar yang harusnya untuk membayar spp.

Yang benar saja, ayahnya itu bahkan seperti lupa bahwa memiliki anak lain.

Apa ia harus menceritakan hal ini pada kakaknya? Tapi bagaimana jika kedua kakaknya tak percaya dan justru ikut menuduhnya seperti yang kepala sekolah itu lakukan.

Lagi, Nathan kembali berjalan. Tanpa niat untuk memesan ojek online. Menghabiskan sepanjang jalan hanya untuk melamun. Langkahnya kini sudah sangat jauh dari sekolah, tiba disebuah jembatan yang tak jauh dari mansion tempatnya tinggal, ia melihat sosok yang dikenalinya berdiri diam dengan pandangan kosong menatap hamparan sungai yang mengalir dibawah tempatnya berpijak.

Dalam hening, ia membawa langkah kecilnya diatas trotoar, mengikis jarak diantara keduanya, kenapa lagi anak itu?

"Jalan lagi lu? Gue cepu-in kak Dirga sama kak Elzan baru tau rasa lu"
Irsyad memulai percakapan tanpa mengalihkan pandangan.

"Lu juga bakal dalam masalah kalo gue aduin sama para abang lu kelakuan lu hari ini"

"Emangnya gue ngapain?"

Bocah bodoh itu pura pura tak menyadari atau memang tidak sadar?

Berdiri bersampingan kini Nathan mengikuti arah pandang Irsyad. Batu batu besar tersusun acak dibawah sana, air mengalir dengan derasnya dibantu angin yang semakin dan semakin bertiup kencang.

Ini kalo gue terjun mati gak ya?

"Bolos sekolah, nangkring disini sendirian pake kaos tipis sama tanpa alas kaki. Apa yang lu pikirin sih sebenarnya, bisa bisanya nyeker, lumayan jauh lo ini dari rumah. Gak malu apa disangka gembel lu?"

"Haha.. gak akan ada yang peduli juga"

"Lu kenapa sih Syad. Aneh banget sumpah, gak ada yang peduli gimana? Kedua abang lu bakalan ngacakin satu ibu kota kalo lu hilang"
Kini pandangan malas Nathan ia arahkan pada orang disampingnya, decakan samar terdengar

"Lu bener. Maaf.. gue gak bisa ngontrol pikiran gue, gue gak seharusnya suudzon sama mereka. Gak seharusnya gue mikir gitu"

"Tapi jujut Nath.. gue takut. Hari ini gue gak sengaja buat bang Iel marah, gue takut mereka muak dan akan buang gue. Gue takut mereka beneran akan ninggalin gue seperti kata ayah"
Nathan memperhatikan anak itu yang kini mulai menjambak rambutnya sendiri menyembabkan banyak helaian kian meluruh.

"Sakit lu Syad. Pikiran lu mulai gak bener. Mau gue daftarin ke RSJ gak?"

"Lo emang ya. Gue serius bangsat!" nada Irsyad mulai meninggi

Awal tanpa Akhir [END]Where stories live. Discover now