30 ✏ Menuju keputusan

286 33 1
                                    

Waktu berjalan dengan sangat cepat, sidang pertama telah dilakukan dua bulan lalu.

Saat mendebarkan dimana sidang kedua akan segera terlaksana. Sidang yang akan menentukan apakah Edgar masih bisa terus berada di sini bersama mereka atau tidak.

Keputusan atas tuntutan mati yang diberikan.

"Tinggal tersisa satu bulan lagi menuju persidangan, itu artinya hanya tinggal satu hari waktumu agar membuatku memutuskan untuk mencabut persidangan atau tidak"

"Kau pasti tau bukan, jika sudah memasuki jangka waktu 3 bulan, laporan tak akan bisa dicabut lagi. Apalagi yang kau tunggu tuan Archim, sudah. Menyerah sajalah, segala upaya yang kau kerahkan tak akan membuahkan hasil. Tega sekali kau membiarkan Edgar berlama lama di jeruji besi"

Sidang pertama adalah meusut kasus tentang pembunuhan yang dilakukan oleh tersangka, dan malangnya atas segala bukti yang diberikan oleh pihak musuh berhasil membuktikan telak bahwa Edgar memang bersalah. Edgar yang saat ini mendekam dipenjara, menanti hari dengan segala kegelisahan. Hari menuju sidang kedua. Ternyata mereka tak main main dalam mengancam perihal hukuman mati. Harus Nelson akui si dalang benar benar cerdas.

Dihadapan seluruh keluarga Archim, kecuali Edgar laki laki berjubah hitam itu berujar sinis.

"Tanda tangani maka semuanya akan selesai"

Mansion megah, terasa begitu sunyi.
Nelson melangkah maju perlahan, orang tua itu terlihat begitu kacau.
Hentakan sepatu pantofel bergema diseluruh ruangan.

Mantapnya langkah yang digerakkan oleh kaki pria berumur tersebut cukup untuk membuktikan seberapa bulat keputusannya.

Sebuah pulpen hitam diangkatnya, mereka semua harus merelakan semua kekayaan keluarga Archim berpindah nama saat sebuah coretan mengenai materai diatas kertas putih tersebut.

Dini menutup matanya rapat, satu bulir air lolos dari pelupuk matanya.

Memantapkan hati, ini semua demi suaminya.

Dengan berat hati coretan rumit terangkai diatas sebuah surat resmi, membuat tawa dari pria berjubah itu menggelegar.

Dua bulan yang lalu, Gibran juga telah menanda tangani perpindahan hak milik perusahaan miliknya agar meringankan tuntutan yang diberikan kepada keluarganya. Nama Archim harus tetap bergema walaupun sedang dilanda kehancuran. Dan hari ini Nelson juga harus turut merelakan perusahaan, saham ataupun brand brand milik Archim jatuh ketangan mereka agar tuntutan yang ditujukan pada Edgar segera dicabut sebelum terlambat.

"Gira, sekarang semuanya jatuh ketangan kita!"

Saat kalimat heboh nan gila itu terucap sebuah gas memenuhi ruangan mansion keluarga Archim.

Berkabut hingga menutupi penglihatan, membuat empat orang bermarga Archim yang berada diruangan tersebut terbatuk hebat.

"Bangsat! Apa yang lu lakuin, hah?!"
Daniel menggeram, kepalanya berdenyut, kedua kakinya melemas hingga kegelapan mengambil alih kesadarannya.

***


"...Niel"

"Daniel.."

"Woi sadar!! Daniel!!"

Daniel membuka matanya spontan, ia mengerjap saat mendengar seseorang meneriakan namanya.

Merotasikan pandangan, ia terbelalak kala menyadari sesuatu yang terjadi.

Daniel duduk disebuah kursi dengan posisi kedua tangan terikat kebelakang, tak sampai disitu kakinya  juga dirantai dengan sebuah besi yang diikat pada kaki kursi.

Awal tanpa Akhir [END]Where stories live. Discover now