23 ✏ Semakin jauh

293 35 1
                                    

"Udah gue bilang dari awal, bukan keputusan yang tepat buat bikin maid kerja pulang-pergi" Daniel yang telah selesai dengan sarapan paginya menghampiri Irsyad yang sedang menegak segelas susu coklat.

Lucu sekali saat melihat Irsyad memegang gelas susu dengan kedua tangan gembulnya. "Ambilin handuk kecil dari lemari gue" titah Daniel pada salah satu maid yang lewat

Gibran meminun satu teguk kopi yang masih mengeluarkan asap, "sekarang gimana? Balikin semua maid dan satpam dimansion, dan buat mereka tinggal disini?"

Satpam, tukang kebun dan para maid memang hanya akan datang sedari jam 6 pagi dan pulang jam 4 sore setelah tugas mereka semua selesai. Setelah insiden membingungkan semalam, yang bahkan masih membungkam Irsyad dan Nathan para kakak berpikir bahwa sangat berbahaya meninggal mereka berdua dengan keadaan mansion kosong.

Salah satu maid yang memiliki potongan rambut pendek, mendekat dengan membawa handuk kecil berwarna kuning ke arah Daniel, sang tuan muda menerimanya lalu meletakan handuk tersebut keatas kepala Irsyad yang masih sibuk mengunyah berbagai macam biskuit yang tersedia didalam toples.

Dengan telaten Daniel keringkan rambut yang masih basah adiknya. Irsyad tampak masam saat Daniel mengusak kepalanya, sedari pagi ia selalu berusaha untuk menjauh dari kakaknya itu tapi mengingat Daniel yang tak kunjung melepaskannya membuat ia ingin menangis.

"Iya, gue pikir itu lebih baik buat keamanan. Apalagi kita berempat jarang bisa ada dirumah" Daniel menjawab

"Abaang" Irsyad menggeliat tak suka, anak itu merasa muak dengan kakak keduanya yang masih setia menggosok gosok rambutnya, padahal kan tadi sudah ia keringkan.

"Rambut kamu basah ini loh dek" walaupun Irsyad menepis kecil tangannya tak mempan untuk membuat Daniel menghentikan kegiatan yang sedang ia lakukan.

"Tapi baik maid ataupun satpam gak bisa dipilih sembarangan. Keamanan didalam rumah harus lebih utama" Elzan turut buka suara

"Benar, hal itu akan lebih berbahaya. Seperti yang dikatakan Daniel tadi, kita jarang bisa ada dirumah. Apalagi akhir akhir ini gue fokus les, buat daftar universitas" Dirga menambahkan, melirik kesamping dimana sang adik duduk anteng menikmati roti bakar, tampak abai dengan percakapan dimeja makan saat ini.

Daniel terkekeh, ia sedikit mengambil kesempatan menjahili adiknya tadi. Rambut berantakan yang diakibatkan olehnya sudah cukup menjadi alasan wajah masam Irsyad. Daniel rapikan surai hitam menawan menggunakan telapak, menyisirnya dengan jemari tangan, membuatnya kembali rapi walaupun tak serapi sedia kala.

"Maunya gue, yang jadi maid ataupun satpam tetap yang akan tinggal dirumah ini, harus orang orang terpercaya" Daniel tak mengalihkan tatapannya dari wajah manis Irsyad

"Ya semua orang juga bakalan bilang kalo diri mereka bisa dipercaya. Masalahnya, gimana kita bisa tau dia bisa dipercaya atau gak" Dirga berujar, menatap malas kearah Daniel yang sedang membucin.

Menoleh kesamping, Dirga menatap geli Nathan yang belum juga selesai mengunyah makanan. Tangannya ia bawa mengambil satu potong roti bakar berisi selai coklat yang akan Nathan bawa kemulutnya

"Abangg, itu rotinya Nathan"

Terkekeh renyah, akhirnya adiknya itu bersuara juga, pikirnya.

Gelora tawa mengalun merdu saat melihat adiknya yang terlalu fanatik dengan makanan, sungguh membuat Dirga gemas sendiri. ia serahkan roti itu kembali kepada Nathan kemudian mengambil kesempatan mengecup pipi gembul yang tak kunjung berhenti mengunyah.

"Gue akan atur masalah ini, dan akan gue konfirmasikan ke kalian bertiga nanti" Gibran beranjak berdiri, menyempatkan diri mencium pipi kanan Irsyad lalu menyingkap poni rambut untuk mendaratkan satu kecupan singkat dikening bocah kesayangan sebelum pergi lebih dulu, ada hal yang harus ia selesaikan.

Awal tanpa Akhir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang