27 ✏ Tolong dengarkan!

273 37 1
                                    

Berlari ditengah derasnya air hujan, membuat tubuh Irsyad menggigil sempurna.

Ia putuskan untuk berteduh ditempat yang menurutnya aman untuk dijadikan persembunyian. Sebuah gubuk tua yang sudah tak berpenghuni. Masuk kedalam ruangan tanpa penerangan.

Kilau cahaya bulan dilangit malam telah menghilang, tergantikan oleh derasnya curah hujan yang membasahi bumi. Dengan sedikit cahaya meremang dari lampu sekitar, Irsyad mengintip dua orang yang juga telah basah kuyup melalui pertengahan dinding kayu yang mulai terbuka.

Pelayannya, yang ia ketahui bernama Zaqin dan juga teman dari Dirga-- Venus. Berdiri diluar sana dibawah air hujan, terlihat kebingungan mencarinya.

Pandangan mereka menuju sebuah gubuk tua tempatnya berteduh.

Tidak, tidak.. jangan bilang mereka juga ingin berteduh disini.

Jangan, gue mohon jangan kesini..

Doanya didengar, kedua orang itu justru memutar langkah kembali ke mansion. Menghela nafas lega untuk sejenak, Irsyad berpikir harus kemana ia sekarang.

Keluar hanya untuk memperhatikan hujan yang tak memiliki tanda tanda mereda Irsyad merenung, saat sesuatu yang buruk terjadi pada keluarga aslinya tentu saja kedua kakaknya akan fokus kesana.

Mereka berdua bahkan melupakan kehadirannya.

"Ck" Irsyad berdecak kesal, dengan lesu ia menendang kerikil. Meruntuki diri, harusnya ia mengecek laporan cuaca hari ini, jika tau akan hujan maka acara bakar bakar akan dibatalkan dan insiden mengerikan malam ini tak kan terjadi. Salahkan saja angkasa yang mengecoh, padahal tadi kondisi langit masih sangat cerah. Hujan selalu datang tiba tiba tanpa bisa ditebak.

Dalam lamunan pikiran Irsyad tertuju pada sosok kedua kakaknya. Apa Daniel dan Gibran baik baik saja? Mengingat mereka pergi dalam perasaan tak baik dan saat ini hujan sedang turun dengan deras.

Menatap langit dengan sorot mata sendu, bisakah Irsyad merasa kecewa akan hal ini? Apa ia egois karena merasa seperti ini?

Matanya memanas, rasanya begitu pahit menelan fakta yang baru ia sadari.

Tanpa sepengetahuannya seseorang berjalan mengendap dibelakang.

Kilat menyambar, satu bilah jarum tajam menembus punggung Irsyad. Rasa kejut tiba tiba membuatnya tersentak, cairan dingin terasa mengalir masuk kedalam tubuhnya. 

Irsyad cabut benda itu, sebelum isi cairannya mendekati separo, lalu berbalik. Irsyad membuang suntikkan digenggamannya. Jantungnya sempat terasa berhenti lalu didetik selanjutnya justru berdetak dua kali lebih cepat, desiran darahnya tercekat. Mendapati wajah pelayannya yang tersenyum angkuh kearahnya.

"Kau?!"

"Hahahahahahahahaha.. Gira lihat! Aku telah memasukan racun itu ketubuh putra Edgar, dia pasti akan sangat hancur saat ini"
Orang itu tertawa gila, Irsyad tak memberi celah untuknya ditangkap.

Setelah memberi pukulan telak dikepala Zaqin dengan sebuah bongkahan kayu, Irsyad berlari menjauh.

Tapi mengapa begitu mudah menyerangnya?

Irsyad menoleh kebelakang tanpa menghentikan langkah. Orang itu masih berdiri disana dengan senyum gila, tak mencoba mengejarnya.

Langkah berat Irsyad telah sampai pada sebuah jembatan. Nafasnya tersegal, kepalanya terasa semakin berat.

Dadanya sesak, bahkan hanya untuk menarik napas pun terasa sulit. Ditengah derasnya hujan, Irsyad melihat seseorang, berdiri sendirian dibawah hujan disisi ujung jembatan dengan pagar pembatas yang sangat pendek.

Awal tanpa Akhir [END]Where stories live. Discover now