13 ✏ Sejarah

328 34 1
                                    


Warning!!
Flashback berlapis, dimohon membaca pelan dan teliti 🙏🙏🙏










Saat ini Daniel sedang dalam mood terburuknya. Kejadian malam tadi benar benar mengacaukan seluruh kegiatannya hari ini. Dimulai dengan tanpa sengaja membentak Irsyad hingga membuat tubuh anak itu membeku dan kini ia yang harus mengerjakan hukuman dari dosennya karena melamun sepanjang kelas.

Elzan menghampiri Daniel yang sekarang berada diperpustakaan. Laki laki itu mendekat kearah meja sang empu yang kini fokus mengetik tugas dengan buku buku yang berserakan kesana kemari.

Jari jarinya dengan lihai memainkan rangkain abjad pada keyboard, membentuk sederet untaian kata terarah.

Laki laki dengan gurat wajah tegas itu sama sekali tak menggubris keberadaannya, ia tak cukup tau apa yang terjadi, tapi hari ini Daniel sudah cukup mengacaukan banyak hal.

"Hukuman lu belum selesai?"

"Masih 2 bab lagi." Singkatnya

"Gak mau lanjutin dirumah, gue takut Irsyad nunggu lu pulang"

Gerakan tangan pemuda itu sempat terhenti, Elzan melihatnya, tapi sebelum sempat diperjelas olehnya Daniel kembali melanjutkan pekerjaannya.

"Duluan aja. Kalo dah kelar, gue pulang"

"Gue gak ada niat buat nasehatin lu. Irsyad baru mulai percaya sama kalian, jangan hancurin hal itu"

"Hm. Gue tau"

"Kalo lu tau kenapa menghindar?"

***


Irsyad duduk sendirian diranjang kamarnya. Hari ini ia bolos sekolah, dilihatnya kedua telapak tangannya yang masih bergetar. Ia tak mengerti apa yang membuatnya hingga seperti ini. Apa yang sebenarnya ia takutkan?

Pagi ini ia tak sengaja membuat kakaknya marah. ia tau jika ia salah, tanpa memikirkan perasaan kakaknya ia berkata bahwa apa yang ayah dan kakeknya katakan tentang dirinya sama sekali tak salah yang pada akhirnya mengundang kemarahan yang lebih tua.

Dipeluknya tubuhnya sendiri, seolah menenangkan perasaan tak nyaman yang kian menjalar didada.

Berharap agar ia tak perlu repot repot untuk melihat hari esok.

Sial mengapa sekarang dirinya begitu lemah, hal ini sungguh ia benci.












Nathan membolos dari kelas hari ini, ia tak betah bersama dengan orang orang yang kian menggunjingnya menggunakan kata kata menyakitkan. Ia akui ini adalah tindakan pengecut, tapi sekarang ia butuh ketenangan.

Duduk sendirian disebuah pohon rindang belakang sekolah, tempat ini sama sekali tak terlihat angker walaupun sunyi karena justru sebaliknya, dengan hamparan pepohonan serta rumput hijau menambah suasana asri juga tenang.

Baju basah kini melekat pada tubuhnya, satu ember air kotor membasahi seluruh badannya. Orang orang itu tertawa setelah melakukan hal sehina ini padanya. apa yang lucu?

Dan apa salahnya ketika menjadi anak yang tak diinginkan dari keluarga Zaxtar?

Ia pejamkan matanya, meredam rasa sakit dihati yang kian menjalar. Tidak ia bukan sakit hati karena perundungan yang ia dapatkan melainkan karena fakta bahwa ia tak diinginkan untuk hadir kedunia ini oleh kedua orang tuanya.

Awal tanpa Akhir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang