28 ✏ Tanpa jejak

275 31 0
                                    

Jatuhnya bulir air melambat, air yang tak bulat sempurna hancur ketika menampar keras daratan.

Seorang pemuda keluar dari mobilnya, langkahnya melambat saat dengan samar bulir air menutupi pandangan. Entah apa yang membawanya kemari, namun kemacetan yang terjadi di jembatan saat ini seolah menarik Dirga untuk berlari menembus hujan, dengan perasaan tak tenang.

Ia tak mengerti ada apa dengan dirinya, dibawah jembatan ribuan tetes bulir air memecah kemudian menyatu dengan kedalaman air. Dirga berlari, memutar tubuhnya sambil menyerukan satu nama didalam hatinya.

Menolehkan kepalanya kekiri dan kekanan, ada apa dengan nalurinya?
Ia merasa jika dapat menemukan adiknya ditempat ini.

Berlari memasuki kemacetan, Dirga menembus jalanan. Air terciprat saat sepatunya mendarat diatas kubangan. Kristal bening yang kian luruh dari semesta seakan melambat guna menunjukan eksitasnya.

Jauh dibelakang sana satu mobil hitam lainnya terparkir, sang pengemudi memukul pegangan stir mobil karena merasa jengkel dengan keadaan lalu lintas yang kacau diarea jembatan.

Hanya beberapa sepeda motor yang dapat meloloskan diri, para pengendara roda empat terpaksa terkunci ditempat.

Ada apa didepan sana?

"Bagaimana?" Dari kursi samping terdengar suara berat Daniel, pemuda itu menggeram meredam amarah

"Sial!" Ponsel ditangannya ia lempar hingga menghantam keras kaca mobil, pemuda itu menunduk sembari menggusar rambutnya

Merasa marah pada semua hal.

Pada para bawahannya yang tak kunjung memberikan hasil penyelidikan.

Pada dirinya yang telah melupakan adiknya.

Dan pada adiknya yang telah menghilang tanpa kabar.

"Ck" Terdengar decakan kesal dari kursi belakang, secara kasar Elzan membuka pintu mobil dengan cara menendang.

Ia keluar, berlari menembus macet dengan kedua kakinya, mengabaikan teriakan Gibran yang tak terdengar jelas akibat curah hujan.


Kepada angin yang malam ini tengah bernyanyi dengan merdu,

Iramamu menenangkan, namun begitu terasa dingin.



Awal tanpa Akhir
28 ✏ Tanpa jejak

3 bulan berlalu..

Brak..

Meja yang telah rapuh hancur akibat hantaman keras dari seorang pemuda.

Setelah 3 bulan menghilang Venus akhirnya bisa digenggam oleh Dirga yang telah menjadi iblis dalam beberapa bulan terakhir.

Menghilangnya Nathan juga Irsyad membuat empat pemuda kehilangan akal sehat dan sisi kemanusiaan.

Reo berdiri dipinggir samping pintu gudang, menatap datar kearah Dirga yang melampiaskan emosinya. Menatap tanpa ekspresi apapun kearah Dirga yang sedang menjadikan Venus sebagai samsak tinju.

Venus tak mengelak.

Darah segar telah memenuhi kening, mulut hingga hidung pemuda berusia 18 tahun tersebut. Lebam kebiruan disekujur badannya, tulang tulang yang telah menunjukan tanda tanda retak hingga patah, semua itu akibat aksi dari Dirga selama hampir satu jam terakhir.

Awal tanpa Akhir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang