22 ✏ Anymore

226 38 3
                                    

"Bangsat" satu pukulan Gibran layangkan kala Daniel selesai dengan ceritanya,

"Bajingan"

Bugh..

Bugh..

Bugh..

Tak puas jika hanya satu kali, Gibran melepaskan pukulan secara membabi buta, Daniel sama sekali tak mengelak.

Ia merasa pantas untuk itu..

Dengan bantuan minuman pereda mabuk, Daniel mendapatkan kembali kesadaran walaupun rasa pening masih bersarang dikepalanya.

Belum puas sebenarnya ia menghajar orang yang berstatus sebagai saudara kandungnya itu, namun ia tak ingin membuat Daniel pingsan sebelum menjawab pertanyaannya.

Gibran lempar kasar satu botol air mineral kewajah Daniel yang sudah penuh dengan luka lembam.
Dengan perasaan kalut Daniel menerimanya. Ia buka botol yang masih tersegel itu, kemudian ia tegak air bening yang bertempat disana hingga menandaskan setengahnya.

Gibran duduk disalah satu sofa tunggal, "Gimana nasib adek setelah itu?" Tanyanya tanpa basa basi

Daniel yang saat ini duduk bersandar pada sisi ranjang, mengangkat salah satu tangannya untuk diletakkan dipinggiran ranjang yang terpasang bedcover berwarna putih diatasnya.

Sebelah tangan yang lainnya ia gunakan untuk mengusap sudut bibirnya yang berdarah, "pihak kepolisian mau menahannya tapi batal akibat adek gak sadarkan diri dan langsung dilarikan kerumah sakit"

Kedua mata elang itu bertemu, "adek sempat koma selama 1 bulan, dan selama itu penyelidikan tetap berjalan. Gak lama, karena Rooftop memiliki CCTV"

"Alfa sama Ari ditangkap, dan gue gak tau lagi kabar mereka sekarang gima--"

"Gue gak nanya gimana kabar kedua teman lo itu, gue gak perduli. YANG GUE TANYA ITU KONDISI ADEK" Gibran masih mempertahankan raut datarnya ditengah amarah yang menggebu

"Setelah sadar dari koma..

Dokter mendiagnosis Irsyad mengidap Amnesia Disosiatif yang disebabkan oleh trauma Psikologis"

Kedua mata Gibran terpejam, hatinya benar benar berdenyut, kala mengetahui fakta menyakitkan ini.

"Ia kehilangan sebagian dari ingatannya. Tidak keseluruhan, tapi otaknya mengubur kejadian yang benar benar ingin dia lupakan".

"Itu sebabnya adek masih bisa menerima gue. Dia hanya ingat kalo gue selalu nge-bully dia, tapi adek lupa kalo gue pernah berperan dalam kematian orang yang dia anggap berharga. Ingatannya seolah terhapus acak"

"Memorinya tentang hal menyakitkan itu terkubur jauh didalam dirinya. Selama dia koma, gue baru sadar betapa beharganya sosok rapuh itu bagi gue"

Daniel terkekeh miris, ia dongakkan kepalanya keatas guna menghalau air mata yang akan jatuh, dengan tangan kanan ia tutupi kedua matanya.

"Gue terlambat. Gue menyesal, dan gue benar benar takut kalo dia bakalan benci sama gue, tapi sepertinya semesta memberi gue kesempatan kedua buat memperbaiki"

"Tapi gue mengacaukannya lagi, haha.. gue emang bodoh"


Awal tanpa Akhir
22 ✏ Anymore


Pagi menjemput, kicau burung meriuhkan suasana pagi yang tenang.
Kilau keemasan segera naik kepermukaan memberi tanda untuk para penghuni bumi agar segera memulai kisah dihari ini.

Awal tanpa Akhir [END]Where stories live. Discover now