04 ✏ Satu atap

996 85 2
                                    

Irsyad, bocah pendek nan gembul  berlarian menyusuri lantai dua, tiba di ujung anak tangga bocah tersebut menuruni tangga mansion yang terbilang lumayan tinggi. Jika biasanya ketika pulang sekolah dia harus lanjut bekerja, kini ia bisa bersantai santai. Kenapa? Karena kedua kakaknya lah yang mendatangi tempat kerjanya lalu mengatakan pada para bosnya kalau dia berhenti tanpa sepengetahuan dirinya.

Sialan emang..

Tapi tenang saja, mencari pekerjaan tidaklah sulit bagi seorang lakik seperti Irsyad, apapun ia kerjakan asalkan halal katanya.

Lelah menuruni anak tangga yang tak ada habisnya, Irsyad memakai cara lain, hehe berseluncur dipegangan tangga.

Mengalir lancar bak air melalui pipa rucika, bagaikan perosotan yang baru disetrika irsyad meluncur tanpa beban, mata bulatnya menatap kearah seseorang yang dikenalinya  dibawah sana.

"AAABAAANNGGGGGG"

Teriakan menggelegar bocah tengik membuat detak jantung Gibran serasa terhenti ditambah pemandangan didepannya saat ini, kesayangannya meluncur dari tangga, Demi Tuhan kalau sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada adiknya itu maka akan dia ratakan seluruh tangga di mansion ini.

"IRSYAD!"

Gibran berlari secepat yang ia bisa, menghempaskan gelas berisi kopi panas yang bahkan belum sempat disentuhnya.

Tepat ketika bocah itu akan mendarat tangan kokoh Gibran dengan kuat menangkapnya sebelum sempat mendarat kelantai keramik mansion.

Sedikit terhuyung karena besarnya jumlah dorongan dari Irsyad, namun tak sedikitpun mengurangi kekuatannya dalam mempertahankan keseimbangan, karena kalau berhubungan dengan bocah menggemaskan ini Gibran tak akan sembarangan.

Mata berbinar itu mengerjap lucu, mulutnya membulat tanda kagum.
"Abang.. abang keren banget bisa nangkap Irsyad gak jatoh"

Menghela napas sabar Gibran membalas "adek, kamu itu ngapain sih? Tadi itu bahaya tau gak?"

"Habisnya Irsyad bosen bang dari tadi turun gak nyampe nyampe, anak tangganya banyak banget" ucapnya dengan wajah tanpa dosa, taukah dia abangnya itu sudah ketakutan setengah jiun tadi.

"Kan ada lift sayangg.."  Gibran menggeram lelah sambil menciumi pipi adiknya gemas

Yang diperlakukan seperti itu mengelak tak suka, tangan kecilnya ia tempelkan diwajah kakaknya yang masih menggendongnya bak koala.

Gibran hanya bisa terkekeh, terlampau gemas oleh kelakuan dan wajah bulat sang adik, tapi juga ingin membuangnya ketengah hutan kalimantan andai saja dia tega.

"Hari ini abang punya kejutan buat kamu" ucap Gibran

"Apa bang.. apa?" Dengan antusias Irsyad memberontak dari gendongan Gibran, tapi yang lebih tua justru menahan gerak tubuhnya

"Tapi janji dulu gak boleh ulangin hal kayak tadi, Itu bahaya!".

"Iya.. iya" tutur irsyad malas

"Tapi ga janji hehe"

Anak setan!

***

Pintu megah mansion milik keluarga Archim terbuka, menampilkan kakak kedua Irsyad melangkah masuk bersama beberapa orang-- yang ia kenal?!

Gibran maju mendekati adiknya yang tampak melongo.

"Dek... kenalin dia Fernanda Elzantara Zaxtar teman kuliah Daniel sekaligus rekan bisnis abang" ungkap Gibran sembari memengang bahu laki laki berparas tampan dengan tinggi badan yang sama dengannya.

Awal tanpa Akhir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang