05 ✏ Tempat singgah

778 67 1
                                    


[ you hate me? wow, we have the same thoughts, I hate myself too]

.
.
.
.



3 tahun yang lalu....

Beribu suka duka ketika hidup di panti asuhan harus Irsyad akhiri hari ini, 5 tahun bersama orang orang yang memiliki kehidupan tak jauh berbeda darinya sudah cukup untuk membuka mata seorang Irsyad Arkajaiz bahwa bukan hanya dia yang menderita ditengah ribuan manusia yang berdiri disalah satu planet dalam lingkaran semesta.

Karena itu di usianya yang belum genap 11 tahun, ia memilih untuk keluar dari panti dan hidup seorang diri. Keputusan berat yang diutarakan oleh anak kecil tentu saja sempat ditentang oleh ibu pemilik panti, tapi entah karena kemandirian yang Irsyad tunjukan selama 5 tahun terakhir cukup mampu membuktikan bahwa Irsyad bisa hidup tanpa bergantung pada siapapun. Menghela napas, merasa tak bisa menghentikan keputusan anak kecil itu dengan berat hati bu Nita selaku pemilik panti, mengijinkan dengan membekali 5 lembar uang bewarna merah.

Namun beberapa jam setelah kepergian Irsyad, bu Nita dikejutkan dengan temuan uang miliknya yang tadi dia bekalkan kepada Irsyad ditambah sebuah celengan berbentuk ayam yang sangat berat karena terisi penuh terletak apik diatas kursi teras, lengkap dengan sebuah ucapan,

( Terima kasih, Irsyad sayang ibu ^_^ )

Dikala itu, air mata tak lagi bisa Nita bendung.

















Hari telah berganti minggu, minggu telah berganti bulan dan berbulan bulan telah berlalu semenjak Irsyad meninggalkan panti.

Jauh dari perkiraan, nyatanya hidup mandiri begitu sulit. Tanpa ada siapapun menemani, sendirian.
Sesulit apapun untuknya bertahan Irsyad tak memiliki waktu untuk menangisi nasib, karena hidup lepas dari panti adalah keputusannya sendiri.


Hari ini untuk pertama kali, Irsyad menjejakan kaki di lantai kontrakan sederhana, murah dan kumuh, namun jauh lebih layak daripada menghabiskan hari lontang lantung di jalan-- tidur di emperan toko, kolong jembatan, ataupun pos ronda. Disini jauh berkali kali lebih baik.

Matahari mulai menampakan diri dari ufuk timur, setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan rumah, kaki kecilnya kembali ia bawa kepersimpangan padat jalan raya.

Saat lampu merah menyala Irsyad dan beberapa anak lainnya maju mendekati mobil atau motor yang singgah sementara waktu menunggu pergantian warna dari sang pengatur lalu lintas.

Membawa keranjang, yang sekedar berisi tisu, kacang, dan air mineral botol, Irsyad menawarkan dengan tulus dari mobil ke mobil dan beralih kebeberapa pengendara roda dua.

Lampu kuning menyala, Irsyad harus menepi. Bukan pertama kali seperti ini dimana ia tak menjual apapun dilampu merah pertama, tapi tak apa masih banyak lampu merah hingga sore hari nanti.


Setelah jingga menghiasi mahkota semesta Irsyad berhenti menjajakan barang barang sederhana itu, pulang kerumah hanya untuk sekedar membersihkan diri dan merebus mie instan, Irsyad kembali membawa kakinya menuju pekerjaan keduanya.

Awal tanpa Akhir [END]Where stories live. Discover now