25

470 49 2
                                    

Hei...hei... Aku balik lagi nih, ada yang kangen kah? Oh! Tidak ada, gak apa lah. Kuy follow akun ini ya🤗

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya, Beb!! Votment

.

.

Rumah besar, mewah dan ada beberapa penjaga yang berjaga disekitarnya, membuat Wang Yibo yang baru pertama kali menginjakkan kaki di sini merasa terpana.

"Wow!! ternyata Gege juga kaya, ya!?"

Batinnya, matanya juga menelisik setiap penjuru rumah yang terlihat olehnya.

Sean yang berdiri di samping dengan kedua tangan di dalam kantung celana menatap heran karena Wang Yibo tidak bergeming dengan apa yang dilihatnya. Sean pun, berdehem agar Wang Yibo tersadar

"Eekhm... Terlalu kecil ata...

"Besar Ge?

Sela Wang Yibo yang membuat Sean bertanya apa yang besar pikirnya

Sadar dengan ucapan yang begitu ambigu, Wang Yibo pun menatap Sean sambil nyengir merasa konyol

"Maksudnya rumah, Gege."

Jelasnya

Sean yang paham hanya membulatkan mulutnya seperti 'o'

Wang Yibo merasa malu pun, langsung mengaitkan lengannya pada lengan Sean yang masih sama dengan posisi awal.

Menunduk tanpa ada percakapan kembali. Sean melangkah dan menarik Wang Yibo yang menggandeng lengannya mengikuti.

"Maaf jika rumahnya terlalu kecil."

Ucap Sean seperti merendah padahal Wang Yibo belum mengungkapkan apa yang ia lihat

Menggeleng tanda tidak setuju, Wang Yibo menyahuti

"Kata siapa kecil, orang rumah Gege besar sekali! Siapa yang bilang kecil, aneh."

Kata Wang Yibo dengan ejekan diakhir ucapannya

Sean yang di puji dan sekaligus direndahkan menggeleng saja, toh! Wang Yibo juga tidak ada maksud menjelekan walau pun akhirnya menjengkelkan, sih.

Setelah dipersilakan masuk Wang Yibo semakin dibuat terpana dengan interior rumah Sean yang super mewah.

Dengan mulut menganga sedikit, Wang Yibo terpaku dengan apa yang dilihatnya sekarang.

"Luar biasa!"

Gumamnya

"Jangan menunjukan wajah seperti itu, Yibo?!"

"Maksudnya?" Dengan tampang tidak berdosa yibo pun bertanya kenapa. Bukannya dijawab Yang ada sang kekasih malah diam.

Mendengus karena kesal, Sean menghentak kakinya lantaran tidak ada respon yang baik pergi begitu saja meninggalkan Wang Yibo yang terheran dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal

"Wah.." tercengang merasa aneh akan sikap Sean barusan

...emangnya ada yang salah, gitu!?"

Sambungnya.

.

.

.

.

Nyonya Xiao mengundang anak dan menantunya karena rindu.

Duduk santai di ruang keluarga setelah menyantap makan malamnya bersama.

"Liu apakah istri mu sudah hamil?"

Yang diberi pertanyaan atau pernyataan hanya melirik sang ibu tanpa respon untuk menjawab

"Jika memang sudah hamil mamah senang sekali, nak. Mamah sungguh menginginkan seorang cucu yang hadir ditengah-tengah keluarga kita selama ini."

Jujurnya, karena selama ini dirinya begitu kesepian. Mungkin ini lah balasan selama ini terlalu menelantarkan kedua anaknya yang masih balita untuk kesenangan dirinya saja. Bekerja, bekerja dan setiap hari hanya diisi oleh pekerjaan yang tiada henti.

Mengelus pundak sang ibu dengan lembut, Liu berkata dengan meremas kecil bahu sang ibu untuk menguatkan dengan apa yang sudah berlalu

"Selama ini aku tahu Mam adalah orang baik, jadi masa dulu atau pun sekarang. Tolong mam berubah lah demi kita."

Dan sang ibu pun menoleh dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Terutama dengan Sean. Ia sudah begitu banyak mengalami luka. Jadi lebih baik mam berdamai dengan yang dulu, lupakan semuanya terima apa pun keinginan Sean sekarang."

Tuturnya begitu menohok hati sang ibu yang sudah tidak bisa membendung lagi air matanya.

Terisak dalam pelukan sang anak tertua, nyonya Xiao mengeratkan pelukannya pada tubuh tegap sang anak. Wen Qing sendiri hanya melihat tanpa ingin merusak semua momen haru itu dalam pandangannya.

Nyonya Xiao yang sedikit tenang, menoleh pada menantunya dan merentangkan tangan untuk ikut berpelukan dengan mereka bersama.

Dan kini mereka bertiga saling menguatkan dalam pelukan.

Acara bersedih haru penuh air mata itu pun jadi saksi bahwa semua kehidupan tidak lah begitu damai jika kita sendiri tidak bisa memaafkan diri sendiri. Bukan uang yang menjamin kebahagiaan selamanya. tapi, kebersamaan penuh kasih sayang lah momen yang akan kita rasakan setelah semuanya pergi.

.

.

"Sayang aku minta maaf ya, cup."

Kata Sean sambil memberikan kecupan pada kening Wang Yibo yang saat ini tiduran dalam pelukan Sean.

Wang Yibo sendiri hanya menikmati tanpa ingin menyahuti atau merusak momen bahagianya dengan sang kekasih.

Mengusap rahang tegas, Wang Yibo menelusuri setiap sudut wajah sang kekasih penuh damba.

Sean yang disentuh penuh puja oleh sang kekasih pun terbuai

Memejamkan mata sambil menikmati setiap sentuhannya, Sean menangkap telapak tangan Wang Yibo yang masih setia membelainya itu ia genggam dengan lembut

Tersenyum kecil Wang Yibo merasakan gelenyar aneh pada tubuhnya, saat ia menyentuh Sean. Seperti tersetrum.

Dengan mata saling terpejam, Sean membawa telapak tangan Wang Yibo ke bibirnya dan menciuminya setiap jengkal

Wang Yibo yang dibuat terbuai pun semakin merengsek masuk dalam dekapan Sean tanpa peduli ia gerah atau sempit. Wang Yibo hanya ingin terus merasakan sentuhan Sean seumur hidupnya. Hanya untuknya.

Bitch☑️Where stories live. Discover now