27

594 44 5
                                    


.

.

.

.

Sang Tuan rumah yang tadi pagi berkunjung ke apartemen sang anak, mendengar semua yang telah anaknya perbuat.

Padahal jika tahu lebih lanjut tidak seperti apa yang dirinya pikirkan sih.

Tapi, ya sudah lah ya, sudah terlanjur pada akhirnya Tuan Xiao memberi kabar itu langsung kepada istrinya untuk mengurus semua yang diperlukan untuk acara penting sang anak dengan pacarnya saat ini.

Nyonya Xiao, yang sedang bersantai pagi itu merasa kan jantungnya seakan copot dengan berita yang telah suaminya sampaikan melalui sambungan telpon itu, benar membuatnya kesal dan marah bercampur jadi satu.

Meremat telpon genggamnya, nyonya Xiao langsung memberi kabar juga kepada orang yang telah dipercayanya selama ini untuk mengurus apa yang telah suaminya sampaikan pagi itu dengan cermat.

"Baik nyonya semuanya akan selesai besok pagi, apa ada yang dibutuhkan lagi selain ini."

Tanya orang kepercayaan nya disebrang telpon sana

"Ah begitu baiklah nyonya saya akan melaksanakan dengan baik semua yang nyonya perintahkan."

Setelahnya sambungan itu terputus, dan nyonya Xiao sendiri bersandar pada sofa yang didudukinya dan meremat keningnya merasa pusing.

"Dasar anak bodoh!"

Kesalnya pada anak keduanya yang telah membuatnya kesal

Kling...

Notifikasi dari pesan singkat yang berbunyi

"Biarkan Dia memilih apa yang dirinya mau, Sean sudah besar dan menilai sendiri apa yang dirinya inginkan."

Dan pesan singkat yang dirinya terima dari sang suami membuat mood nya turun drastis

"Sial berarti kebaikan ku selama ini hanya sia-sia. Dan mereka masih bersama argh..."

Jeritnya dan melempar telpon itu sembarang arah

"Awas kau Wang Yibo kali ini aku tidak akan berbuat baik lagi padamu."

Gumamnya bersumpah dengan dirinya sendiri untuk melampiaskan rasa kesalnya nanti pada Wang Yibo yang sama sekali tidak tahu apa pun.

.

.

.



Tuan Xiao masih duduk menunggu sang pemilik apartemen keluar kamar.

Tap..

Tap...

Tap..

Langkah suara kaki terdengar saat anak tangga terinjak oleh seseorang dari atas dan disana Sean melangkah mantap tanpa tahu dirinya sedang dipantau oleh seorang tua yang masih duduk tenang melihat anaknya menuruni tangga.

Asik dengan kebahagiaannya yang dirasakan ia masih belum tahu bahwa sudah ada orang lain atau bisa kita sebut Ayah dari Sean saat ini ingin berkunjung menemuinya. Tapi, Sean tidak tahu jika ada Ayahnya yang berkunjung.

"Ekhmmm...!"

Suara deheman keras terdengar setelah Sean melangkah kearah dapur, ia menoleh dan terpaku pada apa yang ia lihat.

"Apa kau akan terus berdiri disana tanpa menyambutku?"

Sean tidak bergeming ia masih diam. Tampak bodoh atau karena kaget begitulah kalau terlihat tanpa menyahuti sang Ayah yang paling dirinya hindari

"Baiklah."

Berdiri sambil merapihkan tampilannya, Tuan Xiao berjalan menghampiri sang anak yang masih terdiam diambang dapur.

Posisi dapur dan ruang tamu tidak terhalang apa pun, itu menyatu jadi satu yang terpisah dengan jarak beberapa meter saja

Apa pun aktivitas pasti akan terlihat tanpa penghalang

"Pergilah besok pagi ke gedung Holly bersama dengan kekasihmu, Ayah tunggu disana jangan terlambat"

... Ayah pergi."

Menepuk bahu sang anak yang jarang sekali ia lihat sedari kecil sekarang sudah tumbuh dewasa menjadi pria tampan dengan sifat yang hampir sama sepertinya.

Melangkah pergi meninggalkan Sean yang langsung jatuh bersimpuh dengan kepala tertunduk. Sean menarik kedua kakinya dan meringkuk sambil menangis begitu lirih.

Ia kesal, ia marah, ia benci. Tapi, untuk menjadi sampai sekarang ia begitu dendam dengan semua orang.

Masih terisak dalam lipatan kedua kakinya, Sean meremat keras kedua tangannya sampai buku jarinya memutih.

"Apa lagi setelah ini? Apa semuanya belum puas jika aku belum mati atau...

... Arghhhh..!!!!

Teriaknya keras, dirinya tidak ingin membuat Wang Yibo khawatir tetapi setelah teriakan ini pasti Wang Yibo akan keluar dan menanyai dirinya kenapa.

Tapi itu tidak akan terjadi karena Sean tidak tahu apa yang kekasihnya lakukan saat ini

Wang Yibo memang tidak mendengar teriakan sean karena dirinya masih asik berendam dalam air sabun di dalam bathtub.

Sesekali ia mencelupkan kepalanya begitu dalam pada air yang begitu penuh dalam bathtub.

Tanpa menarik sedikit pun, Wang Yibo merasa ini semua begitu menyenangkan.

"Permainan akan segera dimulai."

.

.

.







Blubuk...

Blubuk...








Air yang masuk kedalam hidung Wang Yibo yang dirinya hirup. Ia sengaja seperti itu agar ia merasa tenang.

Setelah Sean merasa lebih baik ia bangun, dan beranjak pergi kembali kedalam kamarnya

Ia disana sedang menatap pantulan dirinya yang tidak berbusana.

Sean yang menatap dari ujung pintu merasa terpaku dengan penampilan Wang Yibo yang begitu terlihat dingin di dalam cermin. Tanpa senyum, juga wajah cantiknya terlihat kusut.

Bukan seperti dirinya yang Sean kenal.

Berdehem menghilangkan gugup, Sean berjalan menghampiri Wang Yibo yang sekarang berbalik menghadap dirinya, masih dengan posisi sama mereka saling berpandangan menyelami mata satu sama lain. Penuh dengan benci itu lah yang Sean gambarkan dari sorot mata Wang Yibo saat ia lihat sekilas.

"Kenapa sayang ada yang mengganggu mu?"

Tanya Sean karena merasa saat ini Wang Yibo begitu sedih

Menggeleng tanda tidak ada yang terjadi, Wang Yibo memeluk tubuh tegap Sean dan menghirup aroma tubuh sang kekasih begitu dalam.

Hangat, itu lah yang Wang Yibo rasakan saat ia memeluk tubuh Sean dalam rengkuhannya.

"Kenapa tidak bilang."

Sean yang mendapat pertanyaan seperti itu merasa bingung.

Melepas pelukannya sementara, Sean kembali memandang sang pujaan begitu dalam

"Bukan masalah besar, besok pagi ikutlah dengan ku ke gedung Holly."

Pintanya yang diangguki oleh Wang Yibo karena dirinya sudah siap.

"Jangan pernah tinggalkan aku, yah."

Kata Sean pada Wang Yibo yang tersenyum manis padanya

Wang Yibo sendiri mengangguk untuk memenuhi semua apa yang diinginkan oleh orang tercintanya.

Dan Sean pun menarik kembali tubuh kecil Wang Yibo dan memeluknya penuh hangat.

 

Bitch☑️Onde histórias criam vida. Descubra agora