3-LANGIT DENGAN SEGALA ISINYA

64 9 2
                                    

Hai, selamat sore<3

Ketemu lagi di bab selanjutnya, dari cerita ini. Terima kasih, sudah bersedia untuk membaca.

Selamat membaca💗

3. Langit Dengan Segala Isinya

Now Playing :
Langit Favorit-Luthfi Aulia

Kali ini semesta sedang tidak berpihak kepada Aira. Ia ditunjuk oleh ibu Tika—guru Kimia untuk mengambil beberapa buku paket di perpustakaan dengan jumlah yang sangat banyak. Langkahnya membawa buku-buku tersebut juga penuh perjuangan.

Saat melintas di depan ruang Osis ia berhenti ketika pintu ruangan tersebut terbuka, menampilkan sosok Gabriel dan Deka. Kedua cowok itu baru saja selesai menjalankan rapat bersama dengan anggota Osis lainnya.

"Eh, Ra. Mau kemana? Terus, kamu dari mana? Bawa buku sebanyak ini," tegur Gabriel.

"Aku tadi dari perpus buat ambil buku-buku ini, buat dibawa ke kelas," balas Aira Sedangkan kedua cowok itu hanya terlihat manggut-manggut.

"Hm, kalau gitu, aku ke kantin dulu, ya. Belum makan dari tadi," ujar Gabriel kemudian berlari bersama dengan Deka menuju kantin.

Aira menatap punggung Gabriel yang mulai menghilang dari pandangannya dengan nanar.
Seperti biasa. Cueknya Gabriel harus menjadi santapan Aira hari ini. Gabriel sibuk dengan dunianya.

Aira kemudian menghela nafas panjang lalu kembali berjalan untuk segera menuju kelas.
Sekuat tenaga ia berjalan agar cepat sampai, tapi sayang kekuatannya tak sebesar itu.

"Udah selesai, nanti sore gue juga udah bisa ikut latihan bareng lo. Dan—ehh Aira!" Kalimat Agam terhenti saat melihat Aira di depannya. Ia tak sendirian melainkan bersama Dikta di sampingnya.

Kedua laki-laki itu menuruni sisa anak tangga untuk mendekat ke arah Aira. Dikta dan Al yang melihat Aira kesusahan, langsung mengambil alih buku-buku yang ada di tangan gadis itu dengan cepat.

"Kita bantuin," ujar Dikta.

"Tap—"

"Santai aja. Emangnya, lo dari mana bawa buku sebanyak ini?" Potong Agam.

"Perpustakaan, disuruh sama bu Tika," ucap Aira dengan jujur.

Agam mengerutkan keningnya. "Lah, temen cowok di kelas lo kan banyak. Kenapa bukan mereka aja yang disuruh ambil beginian. Emang ya, tuh bu Tika enggak kira-kira."

"Bawain aja lah, Gam. Daripada ngeracau enggak jelas, enggak ada gunanya juga," timpal Dikta.

"Emang kalian, enggak belajar?" Tanya Aira, yang baru sadar saat jam-jam begini proses belajar mengajar masih berlangsung.

"Jam kosong, kita cuman dikasih tugas," ucap Dikta.

"Oh iya, Gam. Lo kan anak Osis, kok lo ada disini. Tadi Deka sama Gabriel barusan keluar, loh?"

"Gue keluar duluan. Rapatnya cuman bentaran doang, kok. Jadi mending gue ke kelas aja," ujar Agam dengan santai.

"Ra, lo jalan duluan," pinta Dikta yang dibalas anggukan oleh Aira. Gadis itu langsung berjalan lebih dulu untuk menuju kelas, dan di ekori oleh Dikta dan Agam yang tengah berbincang.

Sebelumnya, Aira mengenal Dikta hanya dari omongan teman kelasnya, dan sahabatnya. Mereka tidak pernah berinteraksi sedikit pun. Juga Aira tidak mau tahu banyak tentang Dikta.

Dikta termasuk murid baik, patuh, dan ramah kepada siapapun. Begitu pula dengan Agam. Buktinya tanpa banyak bicara, kedua cowok itu langsung mau membantunya. Pantas saja, murid perempuan di sekolah ini, begitu mengagumi Dikta dan Agam.

PULANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang