5-RUANGAN PUTIH

48 6 1
                                    

Hai, selamat malam<3

Ketemu lagi di bab selanjutnya, dari cerita ini. Terima kasih, sudah bersedia untuk membaca.

Selamat membaca💗

Now Playing
Pura-Pura Lupa-Petrus Mahendra


"DIKTA!!"

Para murid laki-laki berbondong-bondong berlari ke arah Dikta yang terjatuh di lantai lapangan. Cowok itu meringis kesakitan tatkala di tengah-tengah permainan, lawannya tidak sengaja menabraknya dengan cukup keras.

Alhasil lengannya tergores hingga mengeluarkan darah segar, bokongnya pun ikut terasa nyeri akibat benturan dengan lantai lapangan.

"Kak, gue minta maaf. Gue enggak sengaja," ucap Aldi yang memang merupakan adik kelas. Raut wajahnya terlihat panik dan cemas ketika tindakannya membuat Dikta terluka.

Dikta tersenyum,sembari menahan rasa sakit di tubuhnya. "Santai, Al. Cuman lecet doang, lanjutin deh mainnya."

"Ta, mending lo ke UKS aja deh, buat obatin luka lo. Enggak baik juga dibiarin kayak gitu, entar infeksi," suruh Dimas.

"Bener, biar gue aja yang temenin lo, Ta," timpal Agam lalu dibalas anggukan oleh teman-temannya.

Agam dengan perlahan membantu Dikta untuk berdiri, merangkul satu tangannya dan berjalan menuju ruang UKS sekolah. Sesampainya di ruangan tersebut, Agam kembali membantu Dikta untuk naik ke atas kasur dan membaringkan tubuh cowok itu.

Tiba-tiba dari balik tirai yang berada di sebelah mereka, muncul sesosok gadis dengan baju khas PMR nya. "Ada, masalah apa?" Tanya gadis itu.

"Eh, Tika. Tolong bantuin gue buat nanganin lukanya Dikta, dong. Habis jatuh pas main basket," pinta Agam.

Gadis yang bernama Tika itu hanya ber oh ria lalu mengangguk. Ia dengan sigap mengambil kotak P3K di lemari ruang UKS dan kemudian mulai mengerjakan tugasnya. Sesekali Dikta mengeluarkan ringisannya.

Beberapa menit berlalu, Tika telah menyelesaikan pekerjaannya. "Gak usah takut. Luka lo udah gue perbanin, sekitar semingguan lagi pasti lukanya udah kering. Dan kalau bisa, lo harus rajin ganti perbannya, biar luka lo itu gak infeksi karna kotor," jelas Tika.

"Terima kasih, Tik. Lo udah mau bantuin gue," ujar Dikta.

Tika tersipu malu. Suatu hal yang sangat luar biasa ketika bisa berada dekat dengan sosok Dikta. "Heh, gak usah pakai acara salting-saltingan lo. Dia cuman berterima kasih, bukan nembak elo!" Tegur Agam.

"Ck, ganggu aja lo, gorila!" Ketus Tika dengan sinis ke arah Agam. Kemudian ia kembali tersenyum manis kepada Dokta.

"Kalau begitu, gue keluar dulu ya. Kalau butuh sesuatu, jangan sungkan buat panggil gue, okey?" Ujarnya dengan suara yang sengaja di lembut-lembutkan.

Agam yang ada di sampingnya bertingkah seakan ingin muntah. Dikta hanya membalas dengan anggukan. Setelahnya, Tika langsung melenggang keluar dari ruangan UKS.

Agam menghembuskan nafasnya dengan lega. "Huh, untung aja ada Tika. Kalau luka lo itu enggak di tanganin, yang ada Oma lo bakalan ngomelin gue," ucap Agam menggebu-gebu.

"Yaelah, santai aja, kali. Luka gini doang mah, cepet sembuh," timpal Dikta dengan santai.

"Matamu yang santai, lo kan anak Oma. Udah hafal gue reaksi Oma lo itu, kalau cucu kesayangannya ini luka," cebir Al.

"Gue aduin lo sama Oma gue!" Ancam Dikta.

Pranggg!!

Kedua cowok tersebut seketika terpelonjak kaget sebab suara barang-barang yang seperti berjatuhan, terdengar di sebelah brankar yang di tempati Dikta. Agam yang penasaran langsung membuka tirai berwarna hijau yang menjadi pembatas diantara kedua brankar tersebut.

PULANGWhere stories live. Discover now