29-ABSTRAK HITAM, PUTIH, DAN ABU-ABU

13 2 2
                                    

Hai, selamat malam<3

How's your day?

Ketemu lagi di bab selanjutnya, dari cerita ini. Terima kasih, sudah bersedia untuk membaca.

Selamat membaca💗


Now Playing:
Cara Mencintaimu-Anggi Marito

"IYA, GABRIEL SAHABAT GUE, DULU!" Suara berat laki-laki itu menggema ke seisi penjuru ruangan perpustakaan. Aira yang mendengar nya memejamkan matanya sebentar lalu membukanya. Baru kali ini, ia melihat Agam emosi seperti ini.


Salah satu penjaga perpustakaan menghampiri keduanya. "Kalian berdua kalau mau ribut, lebih baik di luar saja. Jangan mengganggu yang lain."

"Maaf, bu," tutur Agam dengan sopan. Penjaga perpustakaan tersebut kemudian mengangguk pelan lalu beranjak untuk kembali mengerjakan pekerjaannya.

Beberapa hari belakangan ini hidup Agam sangat terusik dengan kehadiran Aira yang terus menerus mencari informasi tentang Gabriel dan Dikta ke dirinya. Agam tidak tau seluk beluk aslinya, yang jelas hubungan keduanya sepertinya bisa dikatakan tidak baik-baik saja.

Agam menepis tangan Aira yang memegang pergelangan tangannya. "Masalah lo sama Gabriel kayaknya gak ada habisnya, ya? Bahkan lo dengan beraninya kasih harapan juga ke orang lain. Sekarang, lo udah tau semuanya, lo baru bisa percaya kalau Gabriel emang buruk buat lo."

"Tapi, gue juga berusaha, Gam!" Elak Aira.

"Berusaha, apa? Buat cinta?" Agam tertawa sinis kala menatap gadis yang ada di hadapannya ini. Ia sebisa mungkin mengontrol nada bicaranya untuk pelan agar pengunjung perpustakaan tidak terusik.

"Selama ini, effort lo buat Dikta, apa?" Tanya Agam. Laki-laki itu kini mendominasi perdebatannya bersama Aira. Di tambah tatapannya yang begitu tajam, seketika membuat Aira tak berani menatapnya dengan lama.

"Dikta selalu ngabulin permintaan lo, Dikta selalu ada buat lo, dia ninggalin kesukaannya cuman buat nyenengin lo, nganterin lo kemana-mana, jarang kumpul sama komkomunitas nya biar bisa lihat lo bahagia, dan sekarang apa balasan, lo?"

"Usaha apa sih, yang lo kasih untuk Dikta? Lo cuman bisa jadi beban buat dia, lo cuman bisa buat dia sakit, prestasinya menurun karena lo, hobby nya terbengkalai, dan gara-gara lo, dia sampai lupa acara kematian orang tuanya."

Setiap kalimat yang dikeluarkan oleh Agam mampu menembus setiap dinding pertahanan Aira. Ia baru melihat sosok Agam ketika berbicara panjang. Sorot mata yang dingin, penuh kebencian, amarah terpancar begitu jelas di sana.

Seketika hening.

Agam masih berusaha untuk terus mengontrol dirinya sendiri. Entahlah, sudut pandang Agam tentang Aira semakin berubah. Tidak lagi menatap perempuan ini sebagai murid berprestasi, kebanggaan sekolah, famous, dan paling di incar oleh para lelaki di SMA Mandala ini. Yang tercetus di otak Agam ketika mendengar namanya, hanyalah perempuan ceroboh dan bodoh.

"Dikta banyak tau tentang lo, bahkan hal-hal kecil pun ia tau. Sedangkan lo? Mungkin tanggal lahirnya aja lo nggak tau."

"Tapi gue nggak bisa maksa untuk gue bisa langsung suka sama Dikta, Agam! Dari awal gue cuman pengen sahabatan, gak lebih. Dan kenapa sekarang lo numpahin segalanya ke gue?" Balas Aira.

"Tapi lo bisa, untuk enggak kasih dia harapan," sergah Agam dengan tajam.

"Lo mau tau, kan, tentang Gabriel?" Laki-laki itu merogoh saku celananya dan mengambil handphone. Setelah mencari sesuatu di dalamnya, ia memperlihatkan sebuah foto tepat di hadapan Aira.

PULANGWhere stories live. Discover now