15-SEMESTA YANG SEDANG BERANTAKAN

16 4 1
                                    

Hai, selamat sore<3

Ketemu lagi di bab selanjutnya, dari cerita ini. Terima kasih, sudah bersedia untuk membaca.

Selamat membaca💗

Now Playing :
Terlalu Manis-Slank

Lapangan basket SMA Mandala terlihat begitu ramai setelah bel pulang di bunyikan. Para siswa yang mendaftarkan dirinya untuk masuk ke eskul basket, kini berkumpul di lapangan. Sembari menunggu pak Adi beserta para penyeleksi, yang katanya ada rapat sebentar, mereka terlebih dahulu pemanasan dan mulai mendribble, mencoba memasukkan bola ke ring, dan ada juga yang selesai pemanasan langsung duduk dan mengobrol.

Dari ujung koridor pak Adi terlihat sudah berjalan ke arah lapangan bersama tim inti basket terbaiknya. Ada Agam, Gabriel, Deka dan tentu saja ketua mereka, Dikta.

"Baju baru, lo? Gue baru liat lo pakai ini," tegur Agam mengamati baju Dikta.

Mereka yang sudah sampai di lapangan basket, seketika langsung di sambut oleh para calon anggota eskul basket. Mereka berbaris rapi, dan memberi jarak antara perempuan dan laki-laki.

Dikta yang berdiri di antara pak Adi dan Agam, sedikit mencondongkan tubuhnya ke samping tepatnya ke arah Agam. "Hadiah dari Aira," jawabnya dengan berbisik.

"Serius?" Dikta mengangguk, dan sedikit tertawa kecil melihat ekspresi kaget dari sahabatnya itu.

Agam hanya ber-oh ria sambil mengangguk. Dikta membalas dengan senyumannya. Di sampingnya, pak Adi sudah ingin memulai pidatonya sebentar. "Selamat sore, semuanya!
Saya harap, kalian semua dalam kondisi sehat dan semangat untuk menjalani seleksi hari ini. Saya tidak akan banyak amanah hari ini, dan tentang peraturannya akan dijelaskan sama Dikta."

"Pesan saya untuk kalian, jangan berkecil hati kalau nanti kalian tidak terpilih. Yang jelas kalian sudah menjadi yang terbaik hari ini," pungkas pak Adi.

Beliau menepuk satu kali pundak Dikta untuk mempersilahkan muridnya itu untuk bicara. "Oke, tahapan seleksi kali ini cukup sederhana. Tahapannya akan di bagi tiga yaitu, cara mendribble, penguasaan bola, dan shoot ke dalam ring. Dan seperti yang sudah di sampaikan sama Agam di grup whatsapp kalian, berhubung jumlah kalian yang begitu banyak, maka dipastikan seleksi ini akan memakan waktu hingga malam hari. Ada yang keberatan?"

Tidak ada suara. Mereka hanya menggeleng sebagai tanda setuju atas masalah tersebut. "Oh iya, gue juga berpesan untuk kalian, jangan anggap remeh dengan tahapan yang diberikan. Pak Adi, bakalan menilai skill kalian dengan cara yang berbeda. Sampai disini, ada pertanyaan?"

Satu tangan terangkat. Dikta mempersilahkan laki-laki itu berbicara. "Apakah, ada batas murid untuk masuk ke eskul ini?" Tanya laki-laki itu.

"Ya, pertanyaan bagus. Tentu saja, ada. Kami tadi sempat mengadakan rapat, dan setuju bahwa anggota basket sekolah kita ini minimal 50 orang. 30 putra dan 20 putri dari 150 murid yang mendaftar." Seketika mereka semua merasa tegang.

Yang bertanya tadi pun mengangguk paham. Selanjutnya acungan tangan kembali terangkat di antara kerumunan. "Kapan pengumuman yang lolos?" Tanyanya.

"Besok pagi. Pukul 07.00. Daftar nama yang lolos akan di tempel di papan pengumuman sekolah. Ada lagi?"

Tidak ada lagi tangan yang terangkat untuk bertanya. Dikta kembali memberi interupsi agar berdoa bersama, lalu memerintahkan mereka semua untuk latihan terlebih dahulu. 15 menit tentu saja mereka manfaatkan dengan sebaik mungkin.

Detik demi detik berlalu. Malam datang menggantikan senja. Satu persatu para murid akhirnya memulai seleksi yang tentunya tengah di pantau oleh pak Adi, Dikta dan yang lainnya. Sementara di sisi lapangan Agam duduk bersama dengan Zana yang hari ini juga mengikuti seleksi. Gadis itu terlihat berkeringat setelah gilirannya tadi untuk menunjukkan kemampuannya.

PULANGWhere stories live. Discover now