4-LARA YANG BELUM REDA

45 9 1
                                    

Hai, selamat malam<3

Ketemu lagi di bab selanjutnya, dari cerita ini. Terima kasih, sudah bersedia untuk membaca.

Selamat membaca💗

Now Playing :
Pilihan Yang Terbaik-Ziva Magnolya

Sepulang dari sekolah, hati Aira berbahagia berkali-kali lipatnya. Diantar pulang oleh Gabriel dan pukul 7 malam nanti, cowok itu  mengajaknya untuk menikmati malam minggu. Dicarinya baju terbaik di lemari untuk dikenakan nanti malam. Hingga pilihannya jatuh ke baju dress selutut berwarna putih.

Segera ia mandi, merias diri sebelum Gabriel datang. Beberapa jam berlalu, ia sudah tampil cantik malam ini. Dengan sedikit polesan bedak, dan liptint membuat penampilannya menjadi sangat elegant. Sekarang, waktunya menunggu Gabriel.

Jam juga masih menunjukkan pukul 18.55, tinggal 5 menit lagi ia harus menunggu. Sembari menunggu, ia memainkan handphonennya sambil bersenandung kecil. Hatinya sangat senang saat ini.

Lima menit berlalu.

Gabriel belum datang. Mungkin cowok itu tengah bersiap-siap juga, atau baru jalan menuju ke sini.

Sepuluh menit berlalu.

Gabriel belum juga menunjukkan batang hidungnya. Aira sudah berulang kali mengirimkan pesan, tapi tidak ada balasan yang ia dapatkan. Bahkan menyambungkan telepon dan tidak diangkat.

Aira masih berpositif thinking, meyakinkan dirinya bahwa Gabriel mungkin terjebak macet. Wajar saja, jam segini jalanan Jakarta waktunya sibuk. Banyak para pekerja, berbondong-bondong untuk segera sampai ke rumahnya, bertemu keluarga, atau beristirahat dengan segera.

Lima belas menit berlalu.

"AIRA, DI BAWAH ADA GABRIEL. BURUAN TURUN!" Teriakan sang mama membuat hati Aira yang tadinya kacau seketika berubah. Walaupun terbesit dihatinya percikan amarah karena cowok itu terlambat lima belas menit.

Aira keluar dari kamar, meminta izin kepada mamanya, lalu menemui Gabriel yang berdiri di depan gerbang rumah. Aira akui, Gabriel sangat tampan malam ini dengan kemeja berwarna hitam yang lengannya sangaja di gulung hingga siku, dan celana levis berwarna hitam. Sepatu putih ia gunakan untuk membalut kedua kakinya.

"Maaf ya, telat. Soalnya aku baru pulang main sama temen-temen. Aku lupa ada janji sama kamu," ucap Gabriel dengan jujur.

Aira tertegun. Lupa? Bisa-bisanya pacarnya sendiri melupakan janjinya. Disaat Aira menunggunya dengan sangat antusias, Gabriel malah melupakannya.

"Maaf, Ra. Aku janji, enggak bakalan ngulangin lagi. Aku tau, kamu pasti udah nunggu lama, serius!" Aira hanya mengangguk.

Seperti inilah Aira. Marah, tapi enggan mengeluarkannya. Ingin menasehati, tapi takut berdampak buruk pada hubungannya. Alhasil, Gabriel selalu semena-mena terhadapnya.

Gabriel mengusap puncak kepala Zana, kemudian membukakan pintu mobil untuk gadis itu. Mobil hitam milik Gabriel melesat membelah jalanan Jakarta. Tidak ada yang spesial, selama perjalanan keduanya hanya terus diam.

Aira lebih tertarik menatap jalanan dari jendela. Sedangkan Gabriel lebih fokus menyetir.

***

Keinginan Dikta untuk menemui keluarga omnya akhirnya terealisasi. Malam ini keadaan rumah om Damar begitu ramai, karena tadi siang mengadakan aqiqah untuk anaknya yang baru saja lahir. Sanak saudara, tetangga, dan rekan bisnisnya ia undang ke rumah. Di meja makan berbentuk bundar, yang dihuni oleh Bumantara, Damar dan beberapa rekan-rekan bisnis pentingnya.

PULANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang