24-SALING SAPA TAPI TIDAK BISA SAMA-SAMA

11 3 2
                                    

Hai, selamat pagi<3

How's your day?

Ketemu lagi di bab selanjutnya, dari cerita ini. Terima kasih, sudah bersedia untuk membaca.

Selamat membaca💗

Now playing :
Happier-Ed Sheeran

Pensi Smandal...

Sengaja Dikta datang telat karena akan membosankan jika harus menunggu waktu penampilannya di sekolah. Alhasil ia sampai di sekolah saat beberapa acara telah berlalu. Para murid terlihat mengenakan pakaian bebas. Jejeran stand makanan memenuhi sisi lapangan. Dan di tengah-tengah terdapat panggung besar yang berdiri kokoh.

Beberapa menit kemudian, band sekolah yang di anggotai oleh Dikta, Joshua, Yayat dan Raga itu akan tampil. Dengan setelan kemeja oversize berwarna putih, Dikta sengaja memasukkannya ke dalam celana bahan hitamnya. Lengannya sengaja ia gulung sampai lengan. Dan sepatu berwarna putih ikut serta di sana.

Fokus Dikta sedikit terbagi, dikala matanya tak berhenti bergerak menyusuri lautan penonton yang bersorak histeris. Mencari sosok Aira di kerumunan para manusia, tetapi Dikta yang biasanya dengan mudah menemukannya walaupun di keramaian. Kini tidak lagi. Aira tidak ada adi barisan terdepan. Maupun di barisan manapun.

Dia tidak ada di sana.

Suara gitar, drum dan suara Joshua menyatu dengan membawakan lagu dari Fiersa Besari yaitu Garis Terdepan. Para murid di hadapan mereka terhanyut dan ikut bernyanyi bersama. Suasana lapangan Smandal berubah menjadi melow dan terbawa suasana.

Bila kau butuh telinga tuk mendengar

Bahu tuk bersandar

Raga tuk berlindung

Pasti kau temukan aku di garis terdepan

Walau hanya sebatas teman

Dikta tersenyum tipis kala lagu itu selesai dibawakan. Mereka berempat akhirnya turun dari panggung dengan penuh kemenangan. Tidak menyangka hasil latihan mereka yang singkat ini, memberika hasil memuaskan.

"Menurut gue, cuman penampilan kita, sama Aira doang sih, yang keren," simpul Joshua dengan bangga.

"Sama, sih. Untung aja, kita gak ada kesalahan teknis kayak penampilan sebelumnya. Dan gila sih, Aira tadi keren banget," timpal Raga.

Dikta mengerutkan keningnya. "Aira? Aira, yang mana?"

"Anak kelas XII MIPA 1. Juara Olimpiade fisika kemarin. Masa, lo enggak tau, sih?"

"Iya, gue tau. Dia tampilin, apa? Kok, gue gak liat?" Pertanyaan beruntun dari Dikta.

"Orasi tentang potensi pemuda bangsa, Ta. Dia tampil pertama sebagai pembuka, tadi. Gue akui, dia emang keren, dan se pintar itu, sih. Bisa banget, bikin kita terbawa sama apa yang dia omongin," jawab Raga kepada Dikta.

Pertanyaan itu bukanlah hal yang perlu di pertanyakan. Tetapi, kenapa Aira tidak memberi taunya tentang hal itu. Padahal tiga hari yang lalu mereka sempat berbincang. Dan kemana gadis itu? Bukankah ia sudah berjanji?

Dikta terus terdiam di tempatnya. Hingga kedatangan Agam yang terlihat lengkap dengan baju berwarna abu-abu yang serempak di kenakan oleh anggota OSIS sebagai penanda. Tak lupa, Agam memberikan  selamat dan kalimat bangga untuk sahabatnya itu.

"Gam, kenapa lo gak ngomong kalau Aira bakalan tampil juga hari ini?" Tanya Dikta kepada Agam.

"Lah, gue juga baru tau tadi. Gue bukan seksi acara. Gue cuman bagian sponsor sama bintang tamu. Emangnya, Aira gak ngasih tau, lo?"

PULANGWhere stories live. Discover now