6. Tidak tahu terimakasih

6.5K 634 83
                                    

Lelaki itu melangkah tertatih dengan tangan kanan yang bertengger di atas dada. Sementara satu tangannya yang lain mencekal tembok. Wajahnya terlihat pucat, bibirnya meringis kecil.

"Aghh...sakith..."

Duk Duk.

Lelaki itu memukuli dadanya sendiri. Sungguh, penyakitnya sedang kambuh. Dan itu menyakitkan.

"Mama..."

Tubuh lelaki itu oleng, hampir menghantam lantai jika saja seseorang tidak menangkapnya.

"Andra!" pekik seseorang.

"R-re...sakit..."

"Kenapa? Kambuh lagi?"

Lelaki itu, Andra. Mengangguk. Dapat Revano lihat, wajah adiknya begitu merah, urat-urat di sekitaran matanya begitu terlihat menonjol.

"Kok bisa?"

Andra tidak menjawab. Rasa sakit itu semakin menjalari tubuhnya. Sial, kenapa harus kambuh sih? Pikir Andra.

"Aghh ssshh...sakit kak..." lirih Andra.

"Lo bawa obatnya gak?"

Andra menggeleng pelan membuat Revano berdecak. Ini salah satu kebiasaan Andra yang tidak Revano suka.

"Kenapa gak di bawa, kalo udah kaya gini gimana? Gua harus apa?"

"Sakit Revano!"

"Ck," Revano memutar bola matanya malas, setelahnya memapah tubuh Andra ke ruang UKS.

Sekitar lima menit memapah tubuh Andra, akhirnya tubuh Andra dapat berbaring di atas ranjang UKS.

"Lo tunggu sini sebentar,"

Belum sempat Revano melangkah, tangan Andra mencekalnya.

"Jangan tinggalin gua kak hiks, sakit."

"Sebentar Andra, gak lama. Gua janji."

Akhirnya, mau tak mau, Andra melepaskan celana tangannya. Membiarkan Revano pergi, tak tau kemana.

------

Revano berlari begitu cepat, bisa di lihat wajahnya begitu terlihat panik dan khawatir.

Bugh!

Brak!

Bugh!

Dengan tidak santainya, Revano sampai menubruk lokernya sendiri.

"Aishh..ahh..sial!" Revano mengusap wajahnya yang terpentok pintu loker.

"Sakit," rintihnya pelan. Tak mau berlama-lama, Revano meraih satu kantung plastik kecil berisi obat-obatan milik Andra. Hey, bukan Revano mencurinya dari Andra. Ia sengaja menyimpannya bahkan membelinya pake uangnya sendiri secara diam-diam guna menghindari suatu hal yang buruk. Seperti yang terjadi sekarang.

"Untung gua masih punya stok. Selamat lo Andra kali ini."

Kaki jenjang Revano kembali berlari ke ruang UKS, menghampiri Andra yang kini masih dengan posisinya. Yaitu, mencengkeram kuat dada kirinya.

"Ndra, minum obatnya dulu."

Mata Andra terbuka perlahan, dapat Andra lihat, Revano begitu lihai membuka satu persatu botol kecil dan mengambil isinya. Andra tahu itu obat apa.

GaReNdra (SELESAI)Where stories live. Discover now