23. Sakit sendiri

6.3K 647 138
                                    

"Seperti biasa ya Revano."

Revano mengangguk, saat ini ia sedang berada di ruang kepala sekolah. Entah untuk apa, hanya ia dan kepala sekolah yang tahu.

"Saya saja?"

Kepala sekolah itu menggelengkan kepalanya cepat.

"Tentu tidak, ada beberapa perwakilan dari setiap masing-masing angkatan."

Revano terdiam. Revano bodoh, tentu saja bukan dirinya seorang, tentu akan ada perwakilan dari masing-masing angkatan.

"Untuk apa yang perlu kamu pelajari akan saya kirim lewat WhatsApp ya Revano?"

Revano mengangguk.

"Sudah ini saja yang ingin saya sampaikan. Masih ada sekitar satu bulan untuk kamu pelajari. Jadi, santai saja jangan terlalu di jadikan beban."

"Baik pak, terimakasih."

Revano bangkit. Setelahnya mencium takzim punggung tangan sang kepala sekolah sebagai bentuk hormat ia sebagai siswa.

"Pak?" Mata sang kepala sekolah bertemu dengan manik mata Revano. Kepala sekolah itu mengangguk seraya tersenyum seolah mengerti akan tatapan Revano.

"Terimakasih,"

"Sama-sama, saya bangga Revano."

Sebelum Revano keluar, kepala sekolah itu menepuk pundak Revano sebanyak dua kali. Membuat Revano tersenyum tulus sekali.

*****

Revano melangkah ke arah kelas beriringan dengan Anya yang tadi tidak sengaja bertemu di depan ruang kepala sekolah.

"Gua lihat lo keluar dari ruang kepala sekolah. Ada apa?" tanya Anya.

"Lo ngira nya gua kenapa?"

Anya terdiam, sungguh ia tidak tahu.

"Apa setiap orang pikirannya sama?"

"Maksudnya?"

Revano tersenyum tipis.

"Gua gak papa, gua juga gak buat masalah hari ini. Jadi, santai aja."

"Bukan itu maksud gua Revano, gua---"

"An," Revano mencekal lengan Anya. Membuat Anya seketika mematung. Hatinya berdesir tidak karuan. Terlebih saat ia melihat Revano berlutut di hadapannya.

Apa yang akan Revano lakukan? Pikir Anya.

"Tali sepatu lo lepas, kalo gak buru-buru di benerin, lo bisa jatoh."

Jantung Anya seketika berhenti saat Revano mengikat tali sepatunya.

"Re?"

"Sudah selesai," Revano tersenyum lebar ke arah Anya.

"S-seharusnya l-lo...Lo g-gak berbuat seperti ini R-revano." entahlah, Anya menjadi gugup sekarang.

"Kenapa? Gak boleh ya? Padahal, gua cuma---"

"Bukan gak boleh, tapi---" Anya menggantung ucapannya sendiri.

'---tapi itu gak aman buat jantung gua Revano.' lanjutnya dalam hati.

"Gak usah di pikirin, ayok kita ke kelas sebelum terlambat."

GaReNdra (SELESAI)Where stories live. Discover now