34. Aneh

5.6K 670 162
                                    

Pagi-pagi sekali, Laskar memasuki kamar Revano yang membuat Revano terkejut. Ada apa? Apa dirinya berbuat salah?

Tubuh Revano menegang, sungguh ia tidak berbuat salah apapun.

"P-papa? A-ada apa?" tanya Revano yang kini tengah berada di ambang pintu kamar mandi. Jangan tanya sedang apa Revano disana. Lelaki yang baru saja keluar dari kamar mandi di kejutkan dengan Laskar yang tengah terduduk manis di sisi ranjang. 

"Kenapa tegang sekali?"

Revano menggeleng pelan, kedua tangannya saling meremas satu sama lain saat Laskar berjalan mendekati nya.

"Papa mau apa? Revano berbuat salah ya? M-maaf pah. R-reva---"

"Wajah kamu pucat, kamu sakit?"

Revano tertegun, apa ia tidak salah dengar? Laskar menanyakan keadaannya? Ah-Revano senang. Kedua ujung bibirnya sedikit terangkat membentuk senyuman. Kepalanya menggeleng pelan.

"Tidak ko pah, Revano hanya sedang sedikit tidak enak badan. Tapi Revano bakal tetap sekolah papa tenang saja."

Tangan Laskar terangkat, menyentuh kening Revano. Tidak lama, hanya sekitar dua detik. Kemudian Laskar menuruni kembali tangannya.

"Ya, badan mu sedikit hangat. Kamu tidak lagi pura-pura. Maka dari itu, saya izinkan kamu untuk tidak bersekolah hari ini."

Kening Revano mengernyit. Tidak sekolah? Apa maksud Laskar ini? Bukannya kemarin Revano sudah tidak bersekolah?

"M-maksud papa?"

"Kamu sudah dewasa, seharusnya kamu bisa memahami ucapan yang baru saja saya ucapkan. Itu tidak sulit Revano."

"Revano paham. Tapi kenapa? Maksud Revano, Revano tidak apa-apa. Revano ingin sekolah, kemarin Revano kan sudah izin. Kan papa sendiri yang bilang, biaya sekolah itu tidaklah murah, jadi Revano tidak bisa seenaknya masuk dan tidak masuk sekolah kan pa?"

Laskar terdiam, mengapa Revano berbeda? Pikir Laskar. Coba kalau Gara atau Andra yang Laskar izinkan untuk tidak bersekolah, pasti kedua anaknya itu akan sangat berantusias.

"Terserah kamu. Intinya saya sudah mengizinkan kamu untuk tidak masuk sekolah. Tapi kalau kamu masih kekeuh untuk tetap masuk, ya tidak apa-apa. Itu lebih bagus."

"Tapi saya peringatkan, kalau sampai terjadi sesuatu sama diri kamu sendiri di sekolah nanti, saya tidak bertanggung jawab karena sebelumnya saya sudah mengizinkan kamu untuk tidak masuk."

Revano manggut-manggut. Bibirnya tersenyum tipis. "Iya pah. Kalau emang benar terjadi sesuatu sama Revano di sekolah. Revano janji, Revano tidak akan membuat papa dan mama repot."

'Dan Revano pastikan, jika terjadi sesuatu nanti. Baik mama maupun papa, tidak akan tahu.'

"Yasudah kalau begitu sekarang kamu siap-siap. Saya tunggu di ruang makan untuk sarapan."

Laskar berlalu begitu saja meninggalkan Revano yang masih terdiam, bingung dengan sikap Laskar akhir-akhir ini.

******

"Revano selesai," lelaki itu yang lebih dulu menyelesaikan sarapannya, yang pada kenyataannya sarapannya itu hanya di makan beberapa suap saja. Terlihat dari masih utuhnya sarapan milik Revano.

"Revano berangkat ya?" lelaki itu bangkit, hendak berlalu namun suara Laskar menginterupsinya.

"Kembali ke tempat mu Revano."

Baik Revano maupun lain, sama-sama menoleh ke arah Laskar.

"Habiskan sarapan mu."

GaReNdra (SELESAI)Where stories live. Discover now