10. Tolong aku mama

6.5K 603 35
                                    

"Kenapa tidak ada satu pun orang yang bisa aku mintai tolong. Tolong aku mama, sungguh ini benar-benar sakit." Revano Nilaska.

****

Revano, lelaki itu menuruni anak tangga satu persatu. Seragam sekolah yang ia gunakan pagi ini tampak kusut. Tidak, tidak hanya seragam sekolahnya saja, tetapi tubuh Revano begitu terlihat lemas.

Mata Revano mengedar keseluruh ruangan. Laskar, papa-nya itu benar-benar menginap di rumah sakit untuk menemani Andra. Terbukti dari, tidak ada-nya siapa-siapa di rumah ini.

Kaki itu melangkah lesu ke arah dapur. Setelah sampai, Revano mengecek apakah ada makanan yang dapat ia makan? Tidak ada apa-apa, hanya ada mie instan. Mau tidak mau, suka tidak suka Revano memasak mie instan itu untuk sarapan.

"Se-enggak berguna apa sih gua sampe-sampe mama dan papa lebih mentingin Gara dan Andra." gumam Revano.

Tangan Revano merogoh saku celananya, mengambil ponselnya, lalu mencari kontak Nilam untuk mengiriminya pesan.

Mama♥️

|Ma..

|Hari ini Revano sarapan mie, enggak apa-apa kan?

|Abis, di rumah tidak ada apa-apa. Revano laper dari kemarin belum makan. Mama gak marah kan?

Revano menatap layar ponsel nya, berharap Nilam segera membalas pesannya. Tapi nihil, pesan itu belum juga di balas oleh Nilam. Bahkan, mie instan yang Revano masak tadi sudah habis Revano makan, tetapi Nilam juga belum membalas pesannya.

Jari-jari Revano kembali menari di atas layar ponsel, mengetik sesuatu di nomor kontak Nilam.

|Ma...

Berhasil, Nilam sedang mengetik. Senyum kecil merekah di bibir Revano.

Tling.

|Apa sih Revano? Mama sibuk lagi ngurusin Andra.

|Terserah kamu mau makan apa, terserah kamu mau sarapan atau enggak. Mama lagi capek, jangan ganggu mama. Kamu paham Revano?

Senyuman di bibir Revano hilang.

|Mama tidak marah?

Nilam tidak lagi membalasnya, wanita itu hanya membacanya saja. Bahu Revano merosot.

"Padahal Revano ingin seperti Gara dan Andra yang selalu mama marahi jika mereka memakan mie instan tanpa seizin mama. Revano jadi ngerti seberapa gak berartinya Revano untuk mama." gumam Revano, bibirnya membentuk senyuman tipis.

"Agh," rintihan kecil keluar dari celah bibir Revano. Nyeri di perut atas bagian kanan kembali terasa, dan sungguh, itu begitu menyiksa.

"Kenapa sakit lagi sih?" tanya Revano pelan, entah kepada siapa.

"Aggrrhh..." rintihnya panjang, kedua tangannya meremas kuat area perutnya. Wajah Revano memerah, urat-urat di ujung matanya begitu terlihat jelas. Menandakan bahwa rasa sakit itu memang begitu menyakiti-nya.

Dengan tangan yang bergetar, ia kembali mengetik sesuatu di ponselnya.

|Ma...tolong.

GaReNdra (SELESAI)Where stories live. Discover now