41. Nyata-nya.

8.1K 989 344
                                    

Jantung Laskar di buat jungkir balik saat ia menemukan Revano tidak sadarkan diri di toilet rumah sakit.

Niat hati, ingin menenangkan diri, Laskar malah di timpa hal tak terduga.

Saat ini, Laskar tengah menatap tubuh Revano yang terbaring di atas brankar rumah sakit, punggung tangannya terpasang selang infusan, jangan lupa kan selang kecil yang memadati hidung bangirnya. Menambah rasa tak menyangka di dalam diri Laskar.

Ia menggeleng pelan, sungguh ini di luar dugaannya. Laskar meremas sebuah kertas berlogo rumah sakit. Itu hasil pemeriksaan Revano, yang diam-diam Laskar ajukan.

Kanker hati stadium 4.

Mata Laskar memanas, teringat saat dokter memberikan kabar buruk itu. Sungguh, rasanya tubuh Laskar seperti melayang. Lemas sekali. Di tambah hatinya yang sedari tadi berdenyut nyeri. Membayangkan bagaimana anaknya selama ini berjuang sendirian.

"Re--vano..." lirihnya, kakinya melangkah, menghampiri brankar.

Ia tatap wajah anaknya yang begitu pucat. Satu hal yang baru ia sadari, wajah anaknya begitu tirus jika di perhatikan dari jarak dekat seperti ini. Tulang pipinya begitu terlihat. Makhluk ganas itu sudah menggerogoti tubuh anaknya separah itu.

Laskar tidak menyangka, tubuh anaknya di sarangi mahkluk ganas berupa kanker. Hey, Kanker hati, penyakit paling mematikan nomor 2 di Indonesia. Kini bersarang dengan baik di tubuh anaknya.

Kepala Laskar kembali menggeleng, bibirnya bergetar, matanya memanas. Ia usap lembut puncak kepala anaknya yang masih terpejam itu.

"Kenapa tidak jujur? Kenapa kamu menyembunyikan ini Revano?" lirihnya dengan suara bergetar. Sungguh, jika ini mimpi tolong siapapun itu bangunkan dirinya.

Pantas anaknya itu sering demam tiba-tiba, pantas anaknya itu sering mengurung diri di kamar. Ternyata ini penyebabnya?

"Maafkan papa Revano." lirihnya lagi, rasa bersalah tiba-tiba saja menyeruak di dalam hati Laskar. Air mata mengalir begitu saja membasahi pipinya. Sungguh ini begitu menyesakkan.

***** 

Nilam di buat berdecak berkali-kali, sudah sedari tadi ia menghubungi Laskar. Namun suaminya itu tak juga mengangkat teleponnya. Kemana suami nya itu?

"Mah, gimana? Apa papa udah bisa di hubungi?"

Nilam menggeleng menanggapi ucapan Gara. Padahal ia menghubungi Laskar hanya untuk memberitahu bahwa Andra sudah di perbolehkan pulang.

"Gimana caranya kita pulang kalau kayak gini?"

Drttt...

Nilam buru-buru mengecek ponselnya. Siapa tau itu panggilan dari Laskar. Dan benar saja, Laskar menghubunginya balik.

'Halo.' suara dari seberang sana menginterupsi gendang telinga Nilam. Nilam mengernyitkan dahi, suara Laskar serak seperti habis menangis. Ada apa dengan suaminya itu?

"Mas? Kamu baik-baik saja?"

'Saya baik Nilam.'

"Syukurlah, maaf kalau aku ganggu kamu. Andra sudah di perbolehkan pulang. Kamu bisa jemput?"

'Saya sedang ada urusan yang tidak bisa saya tinggalkan Nilam.'

"Sebentar saja mas, habis it---"

'Sudah saya bilang di awal, saya tidak bisa meninggalkan urusan saya Nilam.'

GaReNdra (SELESAI)Where stories live. Discover now