42. pengorbanan

8.3K 1K 263
                                    

"Gara papa minta maaf, papa benar-benar gak sengaja semalam." Laskar berujar saat melihat atensi Gara menuruni satu persatu anak tangga.

"Mah, Gara berangkat ya."

Nilam bangkit dari duduknya, keningnya sedikit mengernyit. Tidak hanya Nilam, tetapi juga Laskar, lelaki itu ikut bangkit.

"Gara sarapan di sekolah aja."

Nilam terdiam, ia menatap Laskar lalu setelahnya menata Andra dan Revano yang tengah terduduk di kursi yang melingkari meja makan.

""Gara pamit, Assalamualaikum." Gara berlalu setelah mengecup punggung tangan Nilam.

"Gara?" panggil Laskar, ah-sepertinya anak pertamanya itu sedang merajuk.

"Ah, Revano, Andra. Papa tunggu kalian di mobil. Hari ini, papa yang antar kalian ke sekolah." Laskar berlalu begitu saja, mengejar langkah Gara.

"Huft. Ini semua gara-gara lo tau gak? Sarapan pagi kita hancur karena lo. Papa dan kak Gara bertengkar pun gara-gara lo. lo di lahirin hanya untuk buat masalah? Hhh...kayaknya kalo lo gak ada hidup gue, kak Gara, papa dan mama bakal aman."

Revano segera menatap Andra. Kalo lo gak ada. Kata itu langsung tertanam di dalam hati Revano. Banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang muncul di dalam benaknya.

Apa setidak berarti itu dirinya?

Apa mereka tidak akan apa-apa kalo dirinya mati?

Apa mereka tidak akan sedih?

Apa mereka tidak merasa kehilangan?

Apa memang seharusnya ia mati?

"Andra berangkat mah, "

"Iya hati-hati sayang."

Cup.

Revano segera mengalihkan atensi nya saat Nilam dengan sengaja mengecup kening Andra di hadapannya.

Kini tinggal Nilam sendiri di ruang makan, tidak ada Revano juga di sana. Lelaki itu masih terduduk dengan kepala yang tertunduk. Jari jemarinya saling meremas satu sama lain.

"Kamu tidak akan sampai ke sekolah kalau kamu masih duduk disini."

Revano mengangkat kepalanya, senyumnya sedikit terbit.

"Hehehe, iya mah." Revano berucap canggung. Ia bangkit dari duduknya. Menatap Nilam yang sibuk merapihkan meja makan yang masih ada banyak makanan.

Nilam pasti kecewa, maka dari itu Revano akan buat Nilam tidak lagi kecewa.

"Mah, boleh gak Revano bawa makanannya ke sekolah? Untuk bekal."

Nilam melirik Revano sebentar, setelahnya berlalu mengambil sesuatu. Bukan Tupperware atau tempat bekal lainnya. Melainkan kantung plastik. Nilam memasukan semua masakannya kedalam satu plastik.

Revano menatapnya bingung, bukankah ada Tupperware? Batin Revano. Namun setelahnya Revano di buat terbelalak saat Nilam membuang semua masakannya yang sudah menjadi satu ke tong sampah.

"Capek-capek saya masak, tapi malah kebuang. Kan mubazir. Tapi biarlah, itung-itung sedekah sama lalat."

Hati Revano mencelos begitu saja. Apa Nilam tidak mendengar ucapannya?

"Mah, kok di buang?"

"Ah? Kamu mau? Ambil lah."

Revano tersenyum miris, bisa-bisanya Nilam berkata demikian. Apa Nilam tidak berfikir bahwa ucapannya menyakiti hati Revano?

GaReNdra (SELESAI)Where stories live. Discover now