18. teror

5.7K 560 80
                                    

Revano, lelaki itu melenguh seraya membuka kelopak matanya perlahan.  Hal pertama yang ia lihat adalah langit-langit ruangan yang berwarna putih bersih. Pandangan Revano mengedar. Dimana dirinya berada sekarang? Ia benar-benar tidak mengenali tempat ini.

"Ugh," Revano yang hendak bangun itu menghentikan gerakkan saat sesuatu di dalam perutnya kembali berulah.

"Syukurlah lo udah sadar."

Revano di buat terkejut dengan kedatangan seseorang secara tiba-tiba. Kening Revano mengernyit, sepertinya ia pernah bertemu dengan sosok laki-laki yang kini tengah terduduk di hadapannya.

"Lo---"

"Gua Zhafran kalo lo lupa, sebelumnya kita pernah ketemu di masjid Al-Ikhlas. Bahkan kita sempat mengobrol sebentar waktu itu."

Ah-Revano ingat, pantas saja ia seperti tidak asing. Nyatanya, ia dan laki-laki itu sempat bertemu. Revano bangkit secara perlahan, tentu saja dengan bantuan Zhafran.

"G-gua kenapa? A-anya mana?" Revano ingat, terakhir kali ia sedang bersama Anya.

Zhafran lelaki itu tersenyum, manis sekali. "Anya sedang sekolah,"

"Hah?"

Apa katanya? Sekolah? Yang benar saja? Bukannya sekolah sudah bubar sejak tadi? Bukannya dirinya berada di danau bersama Anya saat sekolah di bubarkan?

"S-sekolah?"

Zhafran mengangguk. "Lo pingsan kemarin di danau, terus Anya telfon gue. Kemarin kita bingung mau bawa lo kemana, mau bawa lo pulang kita gak tau alamat lo di mana. Mau di bawa kerumah sakit, ekonomi gue kayak nya gak cukup."

Revano terkejut, bukan---bukan terkejut karena ia tidak di larikan kerumah sakit. Tetapi karena kata awal yang Zhafran ucapkan. Lo pingsan kemarin di danau. Itu artinya, semalaman ia tidak sadarkan diri bukan?

"Bang?"

"Heum?"

"Selama itu gua gak sadar?"

Zhafran mengangguk. Membuat bahu Revano merosot begitu saja. Sosok Nilam serta Laskar langsung terbayang. Pasti kedua orangtuanya itu mencari nya.

"Bang gua harus pulang,"

Kening Zhafran mengernyit, ia segera mencekal lengan Revano yang hendak bangkit dari duduknya.

"Tunggu dulu Revano. Lo baru sadar, gak mungkin kan lo nekat untuk pulang sendirian."

"Mama sama papa pasti nyariin gua bang. Mereka pasti khawatir. Gua harus pulang, apalagi gua semalaman gak ada kabar." 

Zhafran menghela nafas. "Oke, gua yang bakal antar lo pulang. Tapi sebelum itu, lo makan dulu. Perut lo kosong dari semalam."

"Tapi bang---"

"Makan atau gak usah pulang?"

Revano benar-benar tak mengerti, ia tak paham dengan perasaannya saat ini. Tetapi intinya, ia seperti menemukan perhatian sosok Abang dari dalam diri Zhafran yang tidak pernah Gara tunjukkan untuknya.

"Iya,"

"Apa?"

"Makan,"

Zhafran tersenyum, ia segera bangkit setelah itu pamit keluar untuk mengambil makanan yang sudah ia siapkan. Tidak butuh waktu lama, Zhafran kembali dengan membawa satu mangkuk bubur dan segelas air putih hangat.

"Mari makan Revano. Gua sengaja bikin bubur buat lo. Semoga suka ya sama masakan gua." Zhafran memberikan mangkuk berisi bubur itu ke Revano dan Revano menerimanya dengan baik tanpa rasa sungkan. Seolah, ia dan Zhafran sudah berkenalan lama.

GaReNdra (SELESAI)Where stories live. Discover now