24. bukan salahku

6.2K 680 236
                                    

"Tunggu Revano dulu,"

Andra terpaku saat suara Nilam menginterupsinya untuk tidak mengambil makanan yang sudah tersaji di atas meja hanya karena seorang Revano.

"Ma."

"Tadi dia bilang untuk di tunggu,"

Andra menghela nafas, bibirnya sedikit mengerucut.

"Terus sekarang dia nya mana? Kebiasaan suka di lama-lamain. Sengaja pasti tuh, biar kita pada kelaparan terus mati."

"Andra!" Tegur Gara sedikit membentak.

"Bener kan? Ngapa lo masih bela dia sih. Enak banget idup nya, makan harus di tungguin, mama papa ngebebasin dia. Gak kaya kita yang selalu ini gak boleh itu gak boleh. Gak adil banget." wajah Andra memberenggut.

"Ndra!"

"Apa?"

"UDAH!" Laskar naik pitam, ia segera menggebrak meja lalu menatap nyalang ke arah ke-kedua anaknya. Sontak, tatapan itu berhasil membuat Gara dan Andra menundukkan kepala.

"Masih mau bertengkar atau lanjut makan? Kalau masih mau bertengkar gak usah makan sampe lusa."

"M-makan pa." lirih keduanya.

Hening.

Hanya ada suara nafas Laskar yang terdengar memburu. Ia menatap Nilam, Gara dan Andra secara bergantian.

"Tidak baik bertengkar di depan makanan. Panggil anak itu sekarang."

"Biar aku saja mas yang manggil Re---"

"Gara saja ma."

Gara bangkit dari duduknya setelah itu berlalu, menaiki satu persatu anak tangga untuk memanggil Revano.

"Papa mama ngelarang kamu dan Gara bukan karena kami tidak adil. Tapi karena kami sayang. Kami tidak ingin kalian kenapa-kenapa. Suatu saat nanti, kami akan ngebebasin kalian melakukan apapun yang kalian mau. Tapi tidak sekarang, kalian masih butuh bimbingan kami. Apa kamu paham Andra?"

Andra mengangguk pelan. "Tapi Revano?"

"Kamu tahu sendiri kakak kamu yang satu itu sangat susah di atur kan? Seharusnya kamu paham kesana. Papa ngebebasin dia bukan karena papa gak sayang sama dia, tapi papa pengen tahu bakal sampe mana dia bertahan dengan hidup nya yang gitu-gitu aja. Suatu hari nanti, akan ada masanya dia menyesali perbuatan dia yang seenaknya. Apalagi jika nanti dia melihat kalian sukses. Dia akan menyesali itu Andra."

Andra terdiam, entah apa yang harus ia lakukan sekarang.

"Mas sudah," Nilam menghampiri Andra. Wanita itu mencekal kedua pundak Andra.

"Sudah jangan terlalu di pikirkan ya sayang? Gak bagus buat kesehatan kamu. " Nilam mengelus pundak Andra lembut, setelahnya ia menciumi puncak kepala Andra.

"Ya, jangan lagi di pikir kan. Kamu fokus saja sama sekolah kamu dan kesehatan kamu Andra. Maaf kalau papa terlalu mengekang kamu."

Andra mengangguk pelan. Sementara di sisi lain, Gara tengah mengetuk pintu kamar Revano. Sedari tadi, Revano tidak menyahuti panggilannya.

Tok tok tok.

"Revano, buka."

Tok tok tok..

"Revano ini gua Gara. Mama sama papa udah nunggu di bawah."

"Revano lo lagi ngapain sih?"

"Revano lo jangan buat mereka nunggu lama deh."

"Revano jawab gua."

GaReNdra (SELESAI)Where stories live. Discover now