30. Apa ini?

5.7K 698 105
                                    

Nilam di buat terkejut saat seseorang memeluknya dari belakang.

Laskar?

Tidak mungkin, suaminya itu sudah berangkat pagi-pagi sekali karena ada meeting.

Gara?

Tidak mungkin juga, anak pertamanya itu tidak terlalu dekat dengannya. Kalau pun itu Gara, bukan kah seharusnya lelaki itu merasa canggung?

Nilam tersenyum, ia mencekal tangan orang itu yang berada di perutnya.

"Tumben sekali kamu sudah bangun?"

Orang itu tidak menjawab, malah orang itu semakin menenggelamkan wajahnya di leher Nilam.

"A---"

Raut wajah Nilam berubah saat suara orang itu terdengar. Ia dengan refleks menurunkan tangannya kembali.

"Izinin Revano untuk memeluk mama sebentar ya?" ucap orang itu pelan.

"Revano?" pekik Nilam pelan. Ia pikir orang itu Andra.

Orang itu---Revano, tidak lagi mengeluarkan suara.

"Lepas Re. Mama sedang memasak, ribet ah. "

"Biarkan Revano dalam posisi ini ya ma? Sebentar aja."

"Mama tidak bisa bergerak banyak Revano. Kakak dan adik kamu bentar lagi turun untuk sarapan. Kalau kamu begini terus mama tidak bisa memasak."

"Revano sakit."

Nilam terdiam, mencoba mencerna apa yang baru saja Revano katakan.

"Maksud Revano, Revano tidak enak badan."

"Terus?"

Revano terdiam, lelaki itu melepaskan pelukan lalu menunduk dalam.

"Sakit itu jangan di manja Revano. Apalagi sakit hanya karena tidak enak badan. Kalau kamu memanjakan penyakit, penyakit lain akan datang."

'Tanpa Revano memanjakan penyakit pun, penyakit itu datang dengan sendiri nya ma.'

"Revano bantu mama memasak ya?" ucap Revano, mengalihkan pembicaraan. Ia tidak mau kalau nanti nya, ia sendiri yang sakit jika melanjutkan pembicaraan sebelumnya.

"Terserah,"

Revano terdiam, setelahnya berlalu ke arah wastafel untuk mencuci sayuran yang sudah Nilam potong-potong.

"Cuci yang bersih."

"Iya ma,"

Di tengah mencuci sayur, Revano meringis, kali ini bukan lagi penyakitnya yang berulah. Tetapi penyakit lain, yang Revano tidak tahu apa itu.

Tangan basah Revano terangkat, mencengkeram kuat rambut belakangnya. Sejak kemarin sore, belakang kepalanya terasa sakit seperti di tusuk-tusuk lalu di timpa beban berat. Revano tidak tahu apa penyebab.

"Agh," ringisnya pelan, sesekali ekor matanya melirik Nilam yang tengah memasak.

Tes.

Mata Revano membulat, nafasnya terasa tercekat saat melihat setetes cairan amis berwarna pekat mengotori wastafel.

Tetesan itu berubah menjadi aliran. Ia rasakan hidungnya basah, dengan segera ia mencekal hidungnya. Benar saja, cairan itu berasal dari kedua lubang hidungnya.

Revano gelagapan, buru-buru ia kembali menyala kan kran air. Membersihkan noda darah dengan aliran air.

"Mama, Revano ke kamar mandi dulu sebentar ya? Nanti Revano balik lagi. Ini sayurnya sudah Revano cuci." ucap Revano bergetar. Setelahnya berlalu tanpa menoleh ke arah Nilam. Nilam hanya berdehem.

GaReNdra (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang