46. Perubahan

7.6K 975 104
                                    

"Re..." suara lembut itu masuk ke indera pendengaran seorang lelaki yang kini tengah terduduk di kursi roda.

"Kenapa disini heum?" tanya si pemilik suara lembut itu seraya mengusap puncak kepala si lelaki.

"Kenapa gua masih hidup?"

Gadis itu mengernyit, ia menjauhkan tangannya dari pucuk kepala si lelaki.

"Maksudnya?"

"Gua kira, setelah gua pingsan hari itu gua bakal mati."

Wajah gadis itu berubah setelah mendengar penuturan si lelaki. Gadis itu menghela nafas pelan, setelahnya memutari kursi roda dan berjongkok tepat di hadapan lelaki itu.

"Re..." Gadis itu meraih kedua tangan dingin milik si lelaki dengan lembut.

"An..." lirih lelaki itu. Gadis itu---Anya, hanya menggeleng seraya tersenyum. Manis sekali.

"Tadi lo nanya kenapa lo masih hidup? Iya kan? Lo tau gak kenapa?"

Lelaki itu---Revano, menggeleng pelan.

"Itu tandanya Allah sayang sama lo, dan Allah masih pengen lihat lo berjuang lagi. "

"Tapi gua capek An. Gua capek, gua gak kuat."

"Kan bisa istirahat."

"Ini beda An. Istirahat aja gak cukup."

Anya, gadis itu menghela nafas pelan, bibir bawahnya ia gigit dari dalam. Manik matanya bertemu dengan manik mata Revano.

Sebenarnya, berapa banyak kecewa yang Revano dapatkan sampai-sampai pancaran matanya pun menyiratkan kekecewaan?

"Gua paham maksud lo Re. Tapi gak ada salah nya berjuang sekali lagi. Tunjukin ke mereka kalo lo gak seperti yang mereka pikirin. Tunjukin juga sama Allah bahwa lo bisa lewati semuanya. Percaya deh, Allah beri lo cobaan kaya gini karena Allah percaya lo bisa, lo kuat." Anya semakin menggenggam erat tangan dingin Revano.

"Allah kasih cobaan kaya gini karena Allah tau lo mampu. Berjuang sekali lagi ya? Kali ini, lo gak sendiri ada gua disini."

Revano terdiam.

"Lo adalah orang-orang pilihan yang di pilih Allah. Lo hebat dan lo istimewa."

Revano menundukan kepalanya, bahunya bergetar. Revano menangis tanpa suara. Membuat Anya ikut berlinang air mata. Ia dekap tubuh Revano dengan erat lalu mengusap punggung Revano lembut.

"G-gua takut An...g-gua takut gak bisa lewatin semuanya. G-gua takut sendirian. G-gua...." suara Revano terdengar lirih dan bergetar.

"Ssttt...udah gua bilang tadi, lo bisa. Lo pasti bisa. Dan jangan anggap lo sendiri sekarang. Gua ada di sini Re. Gua temenin lo disini."

"Gua takut..."

"Gak ada yang perlu di takuti Revano."

"Gua sendiri..."

"Enggak, lo gak sendiri."

"Sakit An..."

"Kita lawan rasa sakitnya sama-sama Re."

Mata Anya sedikit terbelalak saat tangan Revano melingkar di pinggang rampingnya. Revano membalas memeluk tubuh Anya, bahkan lebih erat daripada Anya memeluk tubuh Revano.

"Gua gak mau sendiri."

"Ada gua Revano."

"Jangan tinggalin gua An...cukup mereka aja. Lo jangan." Revano menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Anya. Dan entahlah, Ia sadar atau tidak dengan ucapannya.

GaReNdra (SELESAI)Where stories live. Discover now