37. Bingung.

5.3K 673 67
                                    

'Halo pah?'

Laskar termangu saat mendengar suara serak seseorang di seberang sana. Saat ini, lelaki itu tengah melakukan aktivitas telfon menelfon.

'P-pap shh uh...Ada apa pah?'

Laskar semakin di buat diam saat orang di seberang sana sedikit meringis, seperti menahan sesuatu.

"K-kamu dimana?" akhirnya, setelah lumayan lama terdiam memikirkan ada apa dengan orang itu, akhirnya Laskar mengangkat bicara.

'R-revano...Revano sedang di rumah teman pah, Revano sedang kerja kelompok. A-ada apa?'

"Suara mu serak, kamu sakit?"

'Ah? E-enggak ko pah. R-revano habis batuk karena makan gorengan, mungkin suara serak Revano berasal dari sana.'

Laskar terdiam. Ia tidak percaya sepenuhnya.

"Cepat pulang, semua sudah menunggu. Kamu kan tahu hari ini kita bakal datang ke acara rekan kerja papa."

Lama Revano tidak mengeluarkan suara. Membuat Laskar mengernyitkan dahinya.

"Revano?"

'Ah? Um...pah. R-revano tidak ikut ya? Revano tidak bisa---'

"Gak ada alasan Revano. Cepat, papa tunggu."

'Harus sekarang? I-ini benar-benar  tidak bisa Revano tinggal.'

"Dimana teman kamu, biar papa yang bicara sama dia."

'20 menit lagi, Revano sampai rumah.'

"Baiklah, Papa tunggu."

Sambungan telfon itu terputus, tentu saja Laskar yang memutuskannya.

Lelaki itu terdiam, memandangi ponselnya. Suara rintihan Revano tadi terngiang-ngiang di telinganya. Belum lagi, suara serak Revano. Laskar yakin, anak keduanya itu sedang tidak baik-baik saja.

"Apa dia sedang sakit?" gumam Laskar.

"Mas?"

Hampir saja Laskar menjatuhkan ponselnya karena terkejut saat tiba-tiba seseorang mencekal pundaknya.

"Ah..Nilam." Laskar mengusap dadanya.

"Aish, Mas aku minta maaf. Aku gak bermaksud buat kamu terkejut." Nilam gelagapan. Tangannya mengusap-usap punggung Laskar.

"Tidak apa-apa."

"Sekali lagi aku minta maaf."

Laskar hanya manggut-manggut seraya sedikit menjauhkan tubuhnya dari usapan Nilam.

"Habis kamu sih, habis telfon-an kok melamun."

Laskar tidak menjawab.

"Gimana? Apa kamu sudah tau dimana anak itu?"

"Ya, bentar lagi dia datang."

*****

Revano berbohong. Ia tidak sedang bekerja kelompok. Saat ini, lelaki itu tengah terbaring di brankar rumah sakit dengan tangan yang di pasang infusan. Baru saja ia selesai melakukan kemo.

"Sshh agh..." Revano merintih, efek obat kemoterapi nya baru terasa menyerang seluruh tubuhnya terutama bagian atas perut kanannya.

"Kamu yakin mau pulang sekarang? Tubuh kamu masih terlihat lemas. Apa sebaiknya nanti saja?" ucap suster yang sedang mencabut infusan di tangan Revano.

GaReNdra (SELESAI)Where stories live. Discover now