23. Meneguhkan Hati

3.9K 923 112
                                    

Halo, selamat hari Minggu!
Liburan ke mana hari ini?

Aku di rumah aja. Nulis keberlanjutan Alika dan Raga. Cepet, kan, update-nya? 😆


Vote dulu boleh, deh.


Btw, aku kemarin salah sebut. Harusnya soal papa tirinya Raga. Harusnya Hendri, tapi Yoga. Yoga itu ayahnya Karin, Gaes. 😭


Maafkan, ya. Maklum Makemak, banyak pikiran jadi pelupa. Dimaafin, kan? 😂


Happy reading! 🥳

====💐💐💐====


Pria tua yang duduk di balik meja kerja itu menatap amplop cokelat di hadapannya. Sesekali ia tampak berpikir keras, mengetuk-ngetuk meja berbahan kayu jati dengan jemari kanan. Sesekali pula ia mengusap jenggot yang mulai beruban.

Ia tak lagi muda. Usianya hampir menginjak 65 tahun. Seharusnya, pria berambut kelabu itu tak lagi pusing memikirkan bisnis WO dan EO miliknya yang dulu hampir tumbang. Sudah ada Raga--putra satu-satunya Rosita--yang ulet dan pekerja keras.

Dulu, di usianya yang masih tergolong belia--baru lulus SMA--pemuda ini tak pernah malu untuk berkerja meski kerjaannya terkadang masih bisa dibilang rendahan. Raga bisa menghabiskan waktu sore, sepulang kuliah, untuk bekerja sebagai kasir di minimarket 24 jam sampai menjelang pukul 3 pagi. Tidak pernah mengeluh. Sampai akhirnya, Seto tertarik mengajaknya bekerja sama dalam memperbaiki management bisnis WO-nya yang hampir ambruk.

Pria itu yakin Raga mampu. Dan semua keyakinannya terbukti. Usahanya itu kembali bangkit dan mulai banyak dikenal di kalangan para dosen-dosen kampus tempat Raga kuliah sampai setidaknya kalangan masyarakat Surabaya dan sekarang Jakarta.

Pemuda yang ulet, pekerja keras, tak pernah mengeluh, dan sangat menjaga perasaan ibunya. Siapa pun seorang ayah di dunia ini, pasti akan tertarik tidak hanya sekadar bekerja sama dalam bisnis, tapi kalau perlu dijadikan menantu. Apalagi, Kei sejak SMA gembira sekali dekat dengan Raga.

Pemuda itu penyayang dan penuh perhatian. Ia juga tak segan mengajari Kei setiap kali ada PR dari sekolahnya. Putrinya yang kelewat manja itu hobi sekali mengekori Raga dan Raga tak pernah keberatan membimbingnya.

Seto teramat senang ketika Kei membuat pernyataan bahwa ia mau sekali menikah dengan saudara sepupu jauhnya itu. Itu artinya, Seto tak perlu repot-repot mengkhawatirkan masa depan Kei. Ia yakin Kei ada di tangan pemuda yang tepat.

Sayang, siang ini ia harus dikejutkan dengan kedatangan Raga. Bukan untuk bicara perkara perkembangan Kei Wedding Organizer. Bukan pula perkara singgung-menyinggung keberlanjutan hubungannya dengan Kei. Pemuda yang kini duduk tenang itu sedang mengajukan pengunduran diri.

Alasan klasiknya, Kei Organizer sudah cukup berkembang dengan baik dan bisa berjalan meski tanpa keberadaan Raga. Seto dan Kei tinggal meneruskannya saja. Ia mau mandiri, membuka usaha sendiri dari nol.

Seto mendesah panjang dan mengangguk-angguk sembari menyingkirkan surat itu ke keranjang di sisi mejanya. "Kamu sudah bicara dengan Kei?"

Raga menggeleng. "Ini urusan pekerjaan, Om. Nggak ada sangkut pautnya dengan urusan pribadi."

"Jadi setelah ini ... hubungan kamu dan Kei tetap berlanjut, begitu?"

Seto harus menelan pil pahit ketika Raga menggeleng.

"Saya dan Kei tidak ada hubungan apa pun sejak dulu, kecuali menghormatinya sebagai putri Om Seto, pemilik perusahaan, dan saudara."

Seto mengangguk-angguk lagi. "Kamu ... tidak menyukai Kei?"

Sang PerawanWhere stories live. Discover now