47. Hati Seorang Lelaki yang Tersakiti

3.6K 877 161
                                    

Hai, update weekend ini! 🤗

Jangan lupa vote sama komen, ya.

Maafkan kalau selow update. Aku usahain besok up lagi. Biar cepet tamat. Aku capek nanjak mulu. 🤣

Happy reading! 🥳

====💐💐💐====


Semalam Mirna berkabar bahwa kemarin apa yang gadis itu takutkan terjadi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Semalam Mirna berkabar bahwa kemarin apa yang gadis itu takutkan terjadi. Toko sepi. Sehari tak satu pun pelanggan yang datang. Mirna sampai jenuh di toko tanpa kerjaan yang pasti. Sementara Alika masih terkurung dalam kebingungannya sendiri.

Perempuan yang baru saja mengenakan jaket biru muda untuk menimpa kaus abu-abu tanpa lengan itu menghela napas panjang. Ia meraih sling bag di rak gantung. Hampir saja perempuan itu berlalu setelah menyelempangkan tali tas ke bahu kiri. Namun, ketika tatap matanya terhenti pada satu strip obat di meja kamar dan segelas air putih, Alika tertegun sejenak. Ia duduk kembali, meraih dua tablet pemberian Oma Ratri yang diberikan dengan segala doktrin mengerikannya.

"Kamu mau keluarga ini tercoreng, hah?! Oma nggak yakin kamu masih perawan. Dua hari nggak pulang apa yang kamu lakukan sama anak napi sama lonte itu, hah?! Minum obat ini mumpung belum lewat dua hari! Seminggu lagi kita cek ke dokter pokoknya! Jangan sampai Tama tahu! Ngerti?!"

Ya Tuhan, tega sekali Oma berkata seperti itu. Alika mengeluh dalam hati. Air mukanya berubah keruh lalu riak-riak di manik cokelat itu mulai tampak. Namun, Alika segera menyeka sudut mata sebelum tetes bening berjatuhan ke pipi.

Perempuan itu meraih obat putih itu, membukanya satu lalu membuangnya ke keranjang sampah. Ditenggaknya air putih sampai tandas. Lagi pula buat apa minum begitu kalau angka pada kalender duduk di meja saja sudah sukses Alika coret berderet-deret dengan tinta merah. Gadis Oma Ratri yang tak lagi perawan itu ... sudah melewatkan jadwal rutin tamu bulanannya sebelum tragedi kenekatannya memilih kabur.

Mungkin stres berkepanjangan atau .... Alika menunduk, menatap curiga pada perut langsingnya yang tertutup kaus abu-abu. Ia hanya berani menduga, tapi masih takut menerima kenyataan kalau nanti dugaannya benar. Benar-benar pengecut kamu, Al! Alika mengumpati diri dalam hati.

**


Laki-laki yang tengah menikmati kopi pagi ini duduk di ruang tengah. Sementara perempuan bertubuh subur itu duduk sembari memangku setoples stik bawang favoritnya. Televis layar datar yang melekat di dinding masih menyiarkan berita pagi. Kacamata Pras membiaskan cahaya televisi yang menyorot padanya.

Sang PerawanWhere stories live. Discover now