25. Menantu vs Mertua

3.9K 876 75
                                    

Hai, selamat malam!


Minta vote sama komentar sapanya dulu boleh? 😍


Happy reading! 🥳


====💐💐💐====

Perempuan yang sedang duduk di tepi ranjang itu mendesis kesakitan. Garis merah tampak di sepanjang punggung hingga tengkuk, berjajar rapi usai seorang tukang pijat mengerok dengan uang logam dan minyak kayu putih. Dua pelipis wanita tua yang kini berserdawa kecil tertempel koyo.

Entah apa yang sebenarnya terjadi. Seingat Rahayu, ibu suaminya itu pulang menjelang senja. Raut wajah Oma Ratri sama sekali tak ramah. Rahayu bahkan belum selesai menyapa ketika ia memasuki ruang tamu. Wanita subur itu merajuk, melewatinya begitu saja lalu masuk ke kamar.

Namun, setengah jam berikutnya, Oma Ratri keluar kamar, meminta sang menantu menghubungi Mbok Jumirah--tukang pijat langganannya. Mengetahui ada gejala tak enak badan, Rahayu gegas membuatkannya minuman hangat beraroma jahe.

"Udah baikan, Oma?" tanyanya.

Lagi-lagi Oma Ratri berserdawa. "Mendingan, Yu. Kayaknya darah tinggi Oma kambuh juga ini. Kepala rasanya berat, tengkuk rasanya kenceng begini."

Mendengar pemaparan itu, pijatan Mbok Mirah pindah ke dua pelipis.

"Oma banyak pikiran pasti," terka Rahayu spontan.

Perempuan itu berdecak sebal. "Lah, iyo, mikirin anak wedokmu iku! Di toko bunga isinya pacaran thok!"

Rahayu yang tengah membungkuk meletakkan secangkir wedang jahe, mengerutkan kening. "Maksud, Oma?"

"Heleh, ndak usah pura-pura, Yu! Kamu, kan, yang paling setuju Alika dekat-dekat sama tukang kebun itu?!" Sebelah tangan Oma Ratri menampik tangan Mbok Jumirah yang tengah memijat, bersiap merapikan pakaian demi meladeni pembicaraan menantunya.

Mendengar perkataan Oma Ratri, Rahayu paham ke mana arah pembicaraan ini akan berlabuh. Tukang kebun yang dimaksud pasti Raga. Perempuan itu memeluk nampan di depan dada, meremas sisi-sisinya sedikit kuat.

"Coba kamu pikir, Yu, mau dikasih makan apa Alika nanti kalau menikah sama dia? Apa kata rekan-rekan sekantor suamimu? Apa kata keluarga besar Sasongko--suamiku--kalau tahu cucuku menikah sama orang yang kerjaannya tukang nyekop tanah sama pupuk yang bau?"

Rahayu memejam sejenak, menghela napas panjang, lalu mengembuskannya pelan. "Memangnya, Oma kenal siapa Raga?"

"Lho, dia, kan, laki-laki yang resign dari perusahaan WO itu, kan? Yang ngurusin kawinan Karin? Udah bener punya jabatan direktur, kok, pilih jadi tukang kebun. Apa ndak bodoh itu namanya? Terus, dia kerja jadi tukang kebun di Alika Florist, yang gaji siapa? Alika juga to? Niat mau numpang hidup aja makanya mau sama Alika!"

"Nggak semua yang Oma omongin tentang Raga itu benar. Ayu percaya Alika--putri Ayu--bisa menentukan pilihan hidupnya sendiri. Jadi, kalau menurut Alika baik dan buat dia bahagia, Ayu kira nggak masalah, Oma."

"Oh, jadi sekarang kamu nggak mau bantu Oma bujuk Alika?" Oma Ratri bangkit dari duduk. Pijatan Mbok Jumirah yang sudah berpindah ke bahu sontak terlepas.

"Oma, Alika itu ...."

"Halah, wes, Oma lagi pusing! Nggak usah ngajakin debat!" Perempuan itu meraih dompet dari laci, mengambil uang seratus ribu kemudian ia serahkan pada Mbok Jumirah.

Sang PerawanWhere stories live. Discover now