Epilog

8.8K 1.1K 154
                                    

Cari gambar sepeda Fixie warna oranye susah amat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cari gambar sepeda Fixie warna oranye susah amat. 😫

Hai, apa kabar awal tahun ini? 🥳

Masih semangat, ya!

Ini part manis buat kalian. Jangan lupa vote dan komentarnya, ya.

Terima kasih.

Happy reading! 😍

====💐💐💐====

Sepeda Fixie berwarna jingga itu berhenti tepat di halaman rumah dengan kolam ikan berhias tanaman bunga warna-warni dalam pot. Laki-laki berkaus putih dengan kemeja flanel tak dikancingkan itu turun, membawa serta plastik putih berisi dua kotak camilan. Ia baru menapak di lantai teras ketika sosok perempuan itu tiba-tiba muncul di ambang pintu.

"Ga!" sapanya dengan raut gembira.

"Eh, udah sampai sini? Kenapa nggak minta dijemput tadi?" Raga berjalan ke arah perempuan dengan gaun putih A-line sebatas lutut. Laki-laki itu sempat menunduk demi mengecup puncak kepalanya.

Alika terkekeh seraya mengambil alih bungkusan di tangan Raga. "Tadi dari tempat Mama, Mas Tama ngajakin ketemu dulu, sih."

Pergerakan Raga sontak tertahan. Akhir-akhir ini ia mendadak risi setiap kali bibir perempuan yang kerap berucap manja padanya tiba-tiba menyebut nama laki-laki lain. "Ngapain?"

"Ngajak minum sama makan di toko roti Mama aja, sih. Mas Tama cuma mau minta maaf dan memperbaiki yang seharusnya dia perbaiki." Alika tak begitu memperhatikan perubahan raut wajah laki-laki yang tengah duduk di sofa sisinya. Ia sibuk membongkar isi bungkusan dan matanya berbinar menemukan makanan pesanannya.

Sialnya, Alika sibuk melahap kue bertabur cokelat dan keju khas Betawi di hadapannya. Untuk menghargai betapa bahagianya perempuan berkucir kuda itu mengganyang camilan ke dalam mulut, Raga diam dan menunggu.

"Aku tuh nggak enak sama Mas Tama gara-gara dia bilang ke Tante Rima kalau putus sama aku karena dia selingkuh, Ga. Tapi nggak papa katanya. Aku berasa jahat banget nggak, sih, ke Mas Tama?"

Empat kali. Bibir berpulas lipstik merah muda itu menyebut sapaan itu sebanyak empat kali. Raga yakin ia menghitungnya dengan benar. Lalu, lelehan cokelat di sudut bibir Alika menjadi alasan untuk Raga segera meraih dagu perempuan itu.

Perempuan dengan dua tangan kotor karena makanan itu refleks memelotot kaget ketika satu lumatan menyapu bersih sisa cokelat di bibir.

"Tama aja di-mas-mes-mas-mes. Giliran aku? Ga, beliin otak-otak sama kue pancong, ya! Ga, jemput! Ga, kangen! Ga, jangan lama-lama di Lembang! Ga aja terus ...."

Ia jengkel. Saking jengkelnya, Raga beranjak meninggalkan Alika yang mendadak terbengong-bengong di ruang tamu lantai bawah.

**

Sang PerawanWhere stories live. Discover now