Dead Serious (2)

5.8K 1.1K 32
                                    

Ngapa tebakannya jadi anaknya Bude Puput sih. Kan namanya beda beb, aira sama aleanora. Yawla kalian🤣

Alea tuh artis terkenal kesayangan emaknya Vanda beb. Yang ngundang Nita ke pesta ultah😶‍🌫️😶‍🌫️

Tapi ada yang ngeuh juga beberapa. Anw, selamat membaca❤️

==

"Mau tour ke seluruh ruko nggak?" tanyanya setelah melepaskanku.

"Nggak."

"Jadi tempat ini khusus buat pressing alumunium sama tempat penyimpanan segel yang udah jadi." Buat apa bertanya kalau dia masih bertingkah seenaknya sendiri. Tidak peduli pada penolakanku. Dia menunjuk tumpukan dus besar yang 50 persen memenuhi ruangan ini. "Ruangan sebelah buat rakit mesin pesanan." Dia menunjuk ruang di kiri. "Kalau yang di situ," tunjuknya pada ruangan sebelah kanan, "tempat biasanya ngonten."

Alva memang menyewa tiga ruko sekaligus. Dari tiga ruko itu, yang setiap hari terbuka memang ruko yang paling kiri. Sementara yang tengah—tempatku dan Alva berada sekarang—dan yang paling kanan, belum pernah dibuka pintu gesernya. Tertutup sepanjang hari.

"Lantai dua ruko yang kiri buat ngecat bahan, kalau yang di lantai dua atas tempat sablon sama tindik."

Alisku terangkat. Tidak mengerti dengan penjelasan sablon dan tindik. Apa mungkin Alva punya usaha lain yaitu jasa tato dan tindik? "Maksud kamu, kamu nato sama nindik orang gitu?"

Alva tersenyum geli. Dia bergerak ke sisi satunya mesin, mengambil sesuatu dari kardus dan memperlihatkannya kepadaku. "Ini yang udah jadi."

Memperlihatkan sebuah segel—seperti segel galon air mineral—dari bahan alumunium yang dicat warna putih. Bedanya dengan segel galon, di kiri kanan segel drum ada tambahan kecil seperti daun telinga. Alva menunjuk pada logo hitam di tengah-tengah segel. "Ini disablon. Logonya. Terus ini, ditindik. Dibolongin. Kiri kanan. Fungsinya buat naruh label keterangan isi drum."

"Memang segel buat apaan sih ini?"

Aku pernah lihat bagaimana rupa segel drum oli dari beberapa merek kenamaan yang berada di bengkel Fayra, tetapi logo ini belum pernah kulihat sebelumnya.

Mendadak Alva berubah serius. Cengiran badungnya menghilang. Seringai khas pemberontakan juga tak ada di wajahnya. Dia menampilkan ekspresi yang jarang kulihat tiap kali bersamaku. "Ini buat segel etanol. Ada pabrik penyulingan etanol di kota sebelah. Ini dikirim ke sana, tiap bulannya permintaan segel cuman tiga puluh ribu."

"Pengiriman etanolnya sampai tiga puluh ribu drum perbulan?" kagetku.

"Nggak sampe. Kata supervisornya, mesin penyulingannya belum mampu produksi sebanyak itu. kalau pemesanan segel di aku memang banyak, sebagian buat jaga-jaga kalau ada kerusakan waktu dipasang."

Alva yang serius seperti ini, benar-benar membahayakan. Sejak usiaku tujuh belas tahun, aku tahu jelas apa yang kumau. Cita-citaku, masa depanku, daftar keinginan yang harus kuwujudkan, serta pria seperti apa yang bisa membuat jantungku berdebar.

"Oke." Aku mengangguk berulang kali sebelum berbalik. Ingin segera melarikan diri dari sini.

"Di Bangun Megah ada lembar alumunium ukuran nol dua lima nggak, Let?"

"Hah?" Aku berbalik ke arah Alva. "Kayaknya ada. Kamu coba telepon Papa deh. Siapa tahu dia bisa hubungin langsung ke pabriknya." Dia kemudian mengeluhkan kenaikan harga lembar alumunium yang jadi bahan segelnya sementara hatiku sudah ketar-ketir. Takut terpesona.

"Kayaknya kalau ketebalan alumuniumnya diturunin lagi, mesin hidroliknya masih mumpuni."

"Memang harus banget bahas mesin kamu ke aku? Aku nggak peduli, Al."

THE REBEL WHO STOLE MY FIRST KISSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang