Dirty Flirty (2)

6.1K 1K 37
                                    

Aku tak tahu setan apa yang merasukiku sore ini karena begitu selesai mandi, aku yang biasanya memilih pakaian di lemari malah diam lama memerhatikan kantung plastik hitam berisi baju voli yang diberikan Alva beberapa hari lalu. Tidak cukup sampai disitu karena kemudian, aku memakainya. Yang mengejutkan, baju ini pas sesuai ukuranku.

Tentu saja aku senang. Tak menyangka kalau tubuhku yang hanya 155 sentimeter ini cocok memakai seragam voli. Bagian punggungnya bernomor satu dan warna utama dari seragam ini adalah biru. Warna favoritku.

Aku berjalan cepat menuju meja rias. Hal yang pertama kulakukan adalah menyalakan aplikasi musik, memutar lagu-lagu milik Nicky Minaj. Aku kemudian menguncir tinggi rambutku seperti yang dilakukan Fayra dulu saat persiapan tanding voli. Memakai penjepit rambut di kiri dan kanan hanya untuk menirukan Fayra. Meskipun aku introvert, aku juga ingin sekali terlihat seperti Fayra.

Dia tak tahu bagaimana irinya aku saat melihatnya begitu bersinar dengan seragam volinya. Foto-fotonya saat mengenakan seragam voli, semuanya juga bagus tanpa perlu bekerja keras. Kaki jenjang Fayra benar-benar membuatku iri.

Aku menirukan beberapa pose Fayra beberapa tahun lalu saat dia masih aktif voli. Melihat pantulan diriku yang ternyata tak kalah memukaunya dari Fayra saat aku mengenakan seragam ini.

"Ini bagus banget, udah cantik kayak Fay," ocehku di depan cermin meja rias. Ya, aku memang suka bicara dengan diriku sendiri. "Harus diabadikan sih ini."

Aku mengambil ponsel yang tergeletak di dekat serum perawatan wajahku. Mengambil beberapa potret diriku dengan berbagai pose, menirukan Fayra. Mungkin ini sepele, tetapi secara luar biasa mengisi seluruh energiku. Aku juga merasa bahagia.

Aku menggulir ponsel, mencari folder khusus berisi foto-foto Fayra dengan seragam volinya yang beraneka warna. "Ini sih yang paling bagus," gumamku pada diri sendiri saat melihat foto Fayra. Dia meletakkan bola voli di atas kepalanya, memegangi bola itu dengan dua tangan. Wajah Fayra meringis. Lucu namun di waktu bersamaan terlihat cantik.

"Apa pinjem bola voli Alva, ya? Biar bisa pose kayak Fayra? Si Badung itu pasti ada cadangan yang lain. Mumpung anaknya lagi ngelatih voli ..., astaga!" tubuhku kehilangan pijakan begitu berbalik.

Bukan karena anemia, tetapi karena di ujung kamarku ada Alva. Dua tangannya terlipat di dada, lengannya bersandar pada gawang pintu. Ekspresi wajahnya seolah-olah mengatakan dia begitu menikmati tingkah polahku.

"Sejak kapan kamu di situ?"

"Gemes banget," ocehnya. Tak peduli dengan pertanyaanku. "Kayaknya kamu suka hadiah yang aku kasih. Mau dibeliin lagi nggak?"

"Kamu di situ sejak kapan?" tanyaku sekali lagi.

"Sejak kamu putar Nicky Minaj."

Astaga. Astaga. Astaga. "Kamu ngintipin, kan!"

"Pintu kamar kamu kebuka lebar."

"Nggak mungkin."

"Anyway, bed kamu gede banget. Nggak kesepian gitu, tidur di situ sendirian?"

Aku melirik ranjang yang memang berukuran king sebelum kembali melotot pada Alva. "Jangan berani-beraninya kamu coba nawarin diri buat nemenin. Nggak butuh."

Alva tersenyum mesum, seolah baru dirasuki Incubus. "Padahal nggak ngomong apa-apa loh," ucapnya, "tapi ya kalau butuh temen ngobrol, bilang aja."

"Nggak butuh."

"Jadi pinjem bola voli nggak?"

"Buat apaan?"

"Foto. Tadi katanya mau foto kayak Fayra."

THE REBEL WHO STOLE MY FIRST KISSWhere stories live. Discover now