Nightmare Who Dress Like Daydream

3.6K 707 100
                                    

Ending cerita ini udah di update di karyakarsa ya. Bisa ke sana buat yang pengen baca duluan.

Selamat membaca❤️

==

Kami duduk di tepian kolam renang. Mencelupkan kaki-kaki kami setelah melewati suasana serius sepanjang siang ini. Bertemu dengan Alea untuk membahas restu lalu memeluk erat Alva setibanya di rumah. Membicarakan penyebab utama kenapa aku melarikan diri di hari pernikahan.

"Aku lihat dari lantai dua gedung di sebelah gereja," terangnya tadi siang setelah aku menabrak punggung Alva lalu memeluknya erat sambil bertanya apakah dia melihat semuanya.

Kami bicara panjang lebar. Membahas kejadian hari itu selama beberapa jam. Sampai akhirnya Alva meminta maaf, sampai akhirnya kami membicarakan bagaimana cara membuat Alvin menyetujui hubunganku dengan Alva. Yang kemudian berganti mengobrol kemana-mana, membicarakan perihal lain yang lebih menyenangkan. Alva membahas tentang berapa banyak anak yang ingin dia punya, aku bercerita tentang pesta pernikahan impian, melantur ke semua hal untuk melupakan betapa beratnya hari ini.

"Duduk berdua gini aja udah bahagia banget. Kenapa kita ribet banget nyari restu ya, Al."

Dia meraup wajahku dengan satu tangannya yang besar. "Kan mbaknya yang pengen."

Aku tergelak-gelak. "Aku bisa saja lari berdua saja sama kamu ke belahan dunia yang lain," terangku setelah tawa mereda, kepalaku bersandar di lengan Alva, "tapi yang namanya manusia pasti ada momen-momen kita kangen berat sama orang tua, saudara, atau khusus kamu, hanya berlaku untuk Alea. Kalau restunya ada, tinggal telepon, videocall, atau langsung nyamperin mereka. Disambut, dipeluk, nangis bombay, pulang ke rumah."

"Atau suatu saat aku dititik bete banget sama kamu. Enak kan kalau curhatnya ke Alea. Bayangin kalau aku curhatnya ke mama atau Fayra. Bisa cerai kita," lanjutku.

"Dia sendiri yang ngeluh, dia sendiri yang jawab keluhannya," sindir Alva padaku.

"Karena perempuan itu kalo lagi ngeluh nggak butuh dikasih solusi karena sebenarnya perempuan udah punya solusinya."

"Jadi cuman pengen didengerin kalo lagi ngeluh?"

"Pilihannya tiga. Satu pijitin, dua ditransferin, tiga dikasih me time."

"Kamu nggak ngaruh kalo ditransfer soalnya udah kaya raya. Perkara me time, kamu udah sering ngabisin waktu sendirian hari-hari ini. Jadi yang bener, sekarang aku mijitin kamu."

Alih-alih mendaratkan tangannya ke bahu, Alva lebih memilih memijit ke dadaku. Dia menyeringai begitu mendengar dengus kesalku. "Ini nggak mijitin, Al. Ini namanya kamu mupeng!" seruku sambil memukul tangannya.

Gantian Alva yang terbahak-bahak. "Aku ahlinya mijit area tertentu."

"Kumpul sama kamu terlalu lama ending-nya cuman dua. Kalo nggak menggendut ya jadi mesum. Balik deh aku," terangku setelah berdecak sekali lagi.

Aku hendak meninggalkan sisi Alva namun dia buru-buru memegangi pergelangan tanganku, mencegah pergi. "Tunggu dulu, kita belum bahas rencana ngadepin Chipmunk," terangnya sambil memasang wajah serius.

"Bukannya tadi siang udah dibahas?" tanyaku.

"Yang tadi siang kita belum sampai di keputusan akhir. Jangan buru-buru pergi."

"Capek deh, Al, bahas Alvin melulu," tolakku.

"Oke bahas yang lain aja kalo gitu. Asal kamu nggak buru-buru pulang."

==

Aku menarik napas panjang beberapa kali. Duduk tidak nyaman di salah satu kursi restoran. Menunggu kedatangan Alvin dan Alva.

THE REBEL WHO STOLE MY FIRST KISSWhere stories live. Discover now