Fall Into Swoon

8.6K 779 116
                                    

Maafkan diri ini yang lemot updatenya ya. RL sibuk banget asaan setelah lebaran. Dari nikahan sepupu sampe kabar duka yang datangnya secara tiba-tiba dari keluarga Pakdhe.

Kita sudah sampai di bab paling akhir dari cerita ini ya. Terima kasih yang sudah mengikuti cerita ini dari awal. Yang sudah mampir, baca, vote, dan komen, ai laf yu so mmuach💋

Dan, selamat membaca❤️

==

Alva membelah kerumunan setelah menyuruhku meninggalkan aula hotel. Dia berkata dengan cepat bahwa ada Dikta yang menungguku di lobi hotel. Dikta yang akan menjagaku sampai tiba di rumah.

Keinginanku menuruti perintah Alva sirna karena aku bisa mendengar lengkingan marah Fayra sekali lagi. Aku melangkah cepat, mengekori Alva agar cepat sampai ke ujung aula. Tempat keributan terjadi.

Rasa khawatirku menguap pergi begitu melihat langsung apa yang sedang terjadi. Alea menjambak erat rambut Alvin dengan kedua tangannya, sedangkan Fayra tengah melipat kemejanya sampai siku. Tubuh tingginya menghadap ke Raisa yang terduduk di lantai. Mulut Fayra menyemburkan sumpah serapah pada Raisa. Kedua orang tua Alva tengah berusaha memisahkan Alea dan Alvin. Alva sudah memasuki area keributan. Mencengkeram tangan Fayra yang akan memberikan tamparan pada Raisa.

"Lo nggak usah ikutan, Al! Jangan halangin gue!" seru Fayra dalam lengkingan mengerikan saat dia melihat siapa yang menghentikan dirinya.

"Urusannya bakalan panjang, Fay, kalau kamu sampai hajar dia. Laporan penganiayaan atau yang lebih parah, kasus pembunuhan. Tenaga kamu kalo lagi ngamuk hampir sebanding sama Hulk."

"Kamu nggak lihat gimana penderitaan Kak Letta. Jadi penjahat selama tiga, nggak tiga, sudah empat tahun sejak hari itu. Menanggung kejahatan yang mereka perbuat. Jadi kambing hitam karena dia milih tutup mulut."

Seharusnya aku tidak boleh terharu di saat seperti ini, tapi mendengar bocah manja itu jadi brutal karena melindungiku, membuatku terpengaruh. Berhasil membungkamku selama beberapa detik.

"Aku bakal tanggung semuanya setelah bikin babak belur mereka berdua, jadi lepasin!" Fayra tidak peduli dengan peringatan Alva. Ia menyentak tangan dalam cengkeraman Alva. Melangkah lebar menuju tempat Raisa terjengkang.

"FAYRA, CUKUP! STOP!" Aku tidak berniat meninggikan suaraku, tapi realitanya berbalik. Usahaku untuk membuat Fayra berhenti ternyata jadi lengkingan mengerikan sampai seluruh aula yang riuh berubah sunyi.

Fayra dan Alva menoleh ke arahku. Keduanya kelihatan kaget. Alva tidak menyangka kalau aku masih tinggal dan Fayra sepertinya baru kali ini mendengarku mengaum keras setelah hari naas aku melarikan diri dari menikahi Alvin.

Saat aku merasa tiap pasang mata di ruangan ini menatap pada kehadiran diriku, aku melangkah cepat. Menghampiri Fayra untuk menyeretnya keluar dari situasi ini. Belum juga menggapai pergelangan tangan adik perempuanku, suara lantang mama Alva terdengar.

"Jadi kamu yang rencanain semua ini?"

Aku menelan ludah. Tahu bahwa orang tua Alva tidak berpihak padaku meskipun telah menonton video yang ditayangkan. Wanita itu melangkah cepat ke arahku. Dari kemarahan yang tergambar jelas di wajah mama Alva, aku tahu dia ingin menghajarku sekarang.

"Jangan coba-coba, Ma." Alva langsung berdiri di depanku. Menghalangi mamanya mendatangiku.

"Kamu nggak mau minggir?" Keduanya sudah berhadapan.

"Mama nggak lihat yang barusan di video?"

"Dia bikin kacau acara ulang tahun pernikahan nenek kakek kamu?"

THE REBEL WHO STOLE MY FIRST KISSWhere stories live. Discover now