Stumble

4.1K 775 24
                                    

Di karyakarsa udah ada 5 bab baru ges (plus part illicit section yang nggak tayang di wattpad)

Ya sapa tau pengen baca duluan🤭😶‍🌫️

==

Alva sudah duduk di kursi dapur lantai satu saat aku keluar dari kamar tidur. Dia sudah berganti pakaian, sama sepertiku yang telah mandi dan memakai setelan pakaian santai. Aku memeluk selimut yang yang tadi kurampok dari kamarnya untuk menutupi tubuh sebelum melarikan diri dari pemandangan yang mengesalkan. Ledakan tawa Alva saat aku menjelaskan bahwa dialah yang memberiku kutukan ciuman pertama. Yang membuat aku tak mengenal sentuhan-sentuhan intim.

"Mau dibawa ke mana?" tanya Alva yang melihat selimut dalam pelukanku.

"Dicuci."

Dia meninggalkan kursi untuk meraih selimut yang kubawa. "Nggak usah dicuci. Masih bersih. Cuman kamu pake lima menit ini." Alva menyengir badung. Ekspresi yang tak pernah kulihat setelah kami resmi pacaran karena dia sibuk menjauh.

"Kamu nggak balik kerja?" tanyaku saat dia mendorongku menuju ruang baca.

"Mohon maaf, cuddling sama kamu lebih penting daripada ngurusin kerjaan. Kamu semilyar kali lebih menarik dari piston hidrolik."

Alva sudah membuat dua cangkir teh kamomil dan menata makanan yang tadi dibawanya. "Makan dulu, Let," katanya sambil tersenyum sumringah, "kamu nggak jadi makan tadi. Gara-gara harus fokus ke aku lebih dulu." Entah kenapa, keterangannya terdengar sangat riang saat masuk ke lubang telingaku. "Udah aku panasin di microwave."

"Ini banyak banget loh, Al," kataku setelah duduk di kursi panjang ruang baca.

"Tenang. Aku yang abisin. Aku nggak bakal bikin kamu berdosa karena mubazir sama makanan."

Aku meminum teh kamomil tawar yang dibuatkan Alva sebelum mengambil sembarang makanan. Mengisi perut sambil mendengarkan ocehan Alva tentang hari-hari kemarin saat dia sengaja menjauhiku.

Dulu, ocehannya membuatku kelelahan. Menguras habis energiku. Aku tak tahu kapan diriku mulai berubah, namun sekarang suara Alva sudah berubah nyaman di telingaku. Tidak menguras pergi energiku, malahan jadi salah satu faktor kerinduan kalau menghilang dari rutinitas.

Kami makan sambil melihat hujan. Memandangi kolam renang yang sukses ia bersihkan sendirian. Alva kembali bersuara setelah menandaskan dua bungkus makanan. Mengisahkan kenapa dia bekerja keras perkara kolam renang.

"Aku harap, kamu bisa lebih terbuka sama perasaan kamu ke aku. Jangan pernah mikir kamu agresif karena jujur tentang mau kamu ke aku."

"Rumor di dunia cowok bilang, kalau cewek terlalu terbuka tentang perasaannya selalu dianggap agresif dan nggak menarik lagi."

Bahu Alva berguncang beberapa kali karena tawa. "Masalahnya, aku bukan salah satu dari cowok-cowok di dalam rumor itu. Jadi jangan khawatir. Aku nggak akan ngatain kamu agresif. Satu lagi, Letta selamanya bakal jadi perempuan paling menarik di mata aku."

Dua alisku naik, "Meskipun umurku udah 70 tahun?"

"Meskipun umur kamu sudah 70 tahun."

Tawaku meledak. Aku tahu kalau suatu saat kami akan lelah satu sama lain. Bertengkar hebat atau yang lebih parah, bosan dan menjauh perlahan. Namun, biarlah kunikmati perasaan bahagia ini sampai akhirnya Alva lelah dan bosan terhadapku.

==

Hari-hari selanjutnya tentu kembali seperti sebelumnya. Alva lebih banyak menempeliku. Dia kembali muncul dan berisik di dapurku setiap pagi. Memberiku pelukan erat setiap aku muncul dari kamar tidur. Hadir di jam makan siangku dan ketika cuaca cerah aku duduk di pinggir lapangan menemaninya latihan voli bersama anak-anak.

THE REBEL WHO STOLE MY FIRST KISSWhere stories live. Discover now