Same But Diffrent -2-

500 93 44
                                    

Walaupun vote belum terpenuhi karna maybe masih tergolong work baru dan maybe masih ada yang belum masukin di library reader, jadi aku lanjut update lagi yaa...

Tapi jangan lupa votenya guys, 40+ yaaa...♡
.
.
.

Chanyeol memasuki apartemen dengan lampu ruang tengah yang masih menyala padahal biasanya Yoona pasti sudah mematikan lampu dan pergi tidur di jam-jam seperti ini. Chanyeol melewati meja makan dan melihat berbagai hidangan tersaji di atas meja. Hatinya seketika terpukul ketika ia menyadari bahwa tadi siang Yoona sempat mengirimkan pesan dan memintanya untuk pulang makan malam bersama. Chanyeol sungguh keterlaluan karena ia sama sekali tidak ingat untuk sekedar membalas pesan istrinya karena memang Chanyeol sangat sibuk hari itu.

Inilah hasilnya, wanita ini memasak dengan sia-sia. Chanyeol semakin merasa bersalah ketika akhirnya ia menemukan tubuh Yoona meringkuk di atas sofa dengan mendekap bantal kecil di dadanya.
Chanyeol duduk, mengamati wajah Yoona yang mungkin ia belum menyadari betul jika wanita ini adalah istrinya. Lim Yoona yang tertidur di hadapannya ini sangat jauh berbeda dengan Yoona yang dulu dikenalnya. Yoona terlihat lelah dan Chanyeol bisa melihat jelas jika wanita itu pasti sempat menangis karena sangat terlihat bekas air mata yang mengering di wajahnya. Mungkin ia menangis lalu tertidur begitu saja, dan Chanyeol merasa sangat brengsek karena ia yakin penyebab tangisan itu adalah dirinya.

Yoona tiba-tiba terbangun, mungkin merasakan kehadiran orang lain di dekatnya. Ia buru-buru duduk dan merapikan rambutnya ketika menyadari bahwa Chanyeol sudah pulang dan sedang duduk di hadapannya.

“Kau sudah pulang oppa. Maaf aku ketiduran. Kau pasti belum mandi. Ya Tuhan, aku sampai lupa menyiapkan air hangat untukmu. Ah, kau sudah makan? Aku menyiapkan masakan tapi sepertinya karinya sudah dingin. Aku akan menghangatkannya jika kau ingin makan—” Yoona bangkit dari sofa setelah berbicara panjang lebar sementara Chanyeol hanya mengamatinya.

Ketika Yoona hendak melangkah Chanyeol menahan tangan wanita itu, mengisyaratkan Yoona agar duduk kembali di sisinya. Chanyeol tersenyum saat Yoona menurut dan duduk di sebelahnya. Yoona terlihat bingung dan tidak tahu apa yang harus ia lakukan juga katakan karena Chanyeol kini menatapnya dengan intens. Tiba-tiba, tangan lebar Chanyeol menyentuh kepala Yoona dan mengusap-usap rambutnya lembut.

Yoona berdebar. Bagaimana pun, diperlakukan seperti ini oleh Chanyeol adalah hal yang diinginkan Yoona sejak dulu, karena Chanyeol sangat sering menyentuh lembut rambut panjang Soo Ra bukan rambutnya, dan akhirnya sekarang gilirannya merasakannya.

“Aku minta maaf. Kau pasti lelah dan marah karena aku. Aku lupa membalas pesanmu. Maafkan aku.”

Yoona hanya menggeleng pelan. “Aku tidak marah, mengapa aku harus marah?”

“Jangan menutupi perasaanmu. Ini bukan pertama kali aku bersikap seperti ini terhadapmu. Aku yakin selama ini aku sering mengecewakanmu. Tidak mungkin satu kalipun kau tidak merasa marah atau setidaknya kesal padaku—”

“Aku tidak bisa kesal padamu, oppa. Begitu pula, marah padamu.” Suara Yoona terdengar kecil, dan ia menunduk menghindari tatapan Chanyeol.

“Yoona yang kukenal dulu tidak seperti ini. Jangan terlalu baik padaku. Aku lebih senang kau mengungkapkan kekesalanmu padaku—”

“Oppa, kau akan mengerti bagaimana rasanya menahan kesal ataupun amarah jika kau sudah mencintai seseorang.”

Yoona bangkit lagi dari duduknya, meninggalkan Chanyeol sendirian. Perkataan terakhir Yoona membuatnya berpikir. Jadi Yoona mencintainya? Benarkah wanita itu mencintainya? Tentu saja. Apa yang salah jika seorang wanita mencintai suaminya sendiri?

•SHORT SERIES• 2nd [M]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz