After The Night Sequel

197 30 5
                                    

Terlahir di sebuah keluarga yang bisa dikatakan di bawah miskin, hidup Im Yoona benar-benar tidak ada yang istimewa. Kecuali fakta bahwa ibunya, yang hampir seluruh warga kota tahu, adalah selingkuhan seorang pengusaha terkenal di kota itu yang membuat nama keluarganya terkenal, karena tercemar tentu saja. Ditambah lagi ayahnya seorang pemabuk berat yang hanya bisa merampas uang milik ibunya, yang tentu saja hasil dari perselingkuhannya, Yoona sendiri juga heran kenapa Tuhan tega menitipkannya pada keluarga yang seperti ini.

Menghela napas Yoona memandang wajah adiknya yang tertidur pulas. Hanya adiknya inilah yang membuatnya bertahan, walau ia tidak tahu apakah adiknya ini benar-benar adik se-ayahnya. Diliriknya jam dinding, dan ia terkesiap. Teringat olehnya tentang sesuatu, bergegas ia bangkit, mencium dahi adiknya dan berjalan sembunyi-sembunyi menuju pintu belakang rumah.

Berlari di sepanjang jalan, membuatnya mempunyai waktu untuk berpikir, pikiran yang sama, menyuarakan pertanyaan yang sama namun dengan hasil yang sama. Mengapa istri dari Tuan Park tidak berusaha menyingkirkan ibunya? Perselingkuhan ibunya dan Tuan Park sudah diketahui masyarakat umum, namun pihak keluarga, terutama Nyonya Park sendiri tidak berbuat apa-apa, bahkan jikapun tidak dapat berbuat sesuatu untuk mengusir keberadaan ibunya di sisi Tuan Park, namun Nyonya Park masih bertahan. Mempertahankan status lebih tepatnya.

Terkadang Yoona sering mendengar bisikan warga, Nyonya Park sudah setengah gila. Tertawa tanpa suara Yoona yang masih berumur 16 tahun, walau cukup cerdas untuk anak seusianya, tetap saja tidak mengerti mengapa seseorang bisa menjadi gila karena suaminya berselingkuh. Bukankah lebih baik pergi dari rasa sakit? Yoona mengedikkan bahunya. Yang jelas kini ia tidak sedang ingin bertemu salah seorang dari mereka, baik ibunya, Tuan Park ataupun Nyonya Park.

Yoona menyelinap di sebuah gudang tua, gudang yang merupakan milik keluarga Park. Melewati jalan yang biasa ia lewati  untuk mencapai plafon bangunan itu. Tempat biasanya mengintai seseorang, bukan mengintai sebenarnya, lebih tepat dikatakan mengintip.

Setiap sebulan sekali sejak setengah tahun yang lalu, Yoona mengetahui rutinitas ini. Rutinitas orang yang dikaguminya diam-diam. Anak laki-laki satu-satunya dari keluarga Park, Park Chanyeol. Setiap sebulan sekali Chanyeol membawa perempuan, yang lebih sering wanita berbeda, dan melakukan hubungan yang seharusnya masih tabu dilakukan oleh anak berumur 20 tahun. Hanya saat ini, kesempatan Yoona dapat melihat Chanyeol secara dekat, mendengarnya mendesah, suara desahan yang membuat Yoona merinding dan merasakan sesuatu yang lain yang belum dapat Yoona pahami.

Bingo! Chanyeol sedang melucuti pakaian gadis yang dibawanya. Membisikkan kata-kata indah kepada gadis itu yang Yoona yakin pasti membuat gadis itu luluh, karena mendengarnya saja, walaupun Yoona tahu itu bukan untuknya, membuatnya akan menuruti semua yang Chanyeol mau.

Yoona melihatnya, ketika Chanyeol melumat bibir gadis itu, seolah ingin memakannya, kemudian ketika pemuda itu mencium setiap inci tubuh gadis itu yang ditanggapi dengan desahan keras, Yoona justru ingin menghentikannya, menarik Chanyeol pergi menjauh, membawa pemuda itu ke sebuah tempat yang tidak ada orang lain, cukup hanya dirinya, dan pemuda itu.

Yoona menggelengkan kepalanya. Imajinasi yang cukup liar, mengingat tidak pernah sekalipun Yoona bertatapan langsung dengan Chanyeol, apalagi berbicara. Difokuskannya kembali kesadarannya, dilihatnya Chanyeol mencium leher gadis itu, yang entah kenapa Yoona yakin, pemuda itu juga membisikkan kata-kata indah sementara tubuh bagian bawahnya berusaha memasuki alat vital si gadis. Chanyeol melakukannya dengan lembut, pelan, Yoona sangat yakin gadis ini pasti terbuai oleh permainan Chanyeol, sama seperti gadis-gadis lain. Hanya sekali Yoona melihat Chanyeol bertindak brutal pada seorang wanita, dan waktu itu ia yakin pemuda itu sedang mabuk.

Desahan, erangan terus terdengar dari kedua insane yang sedang melakukan penyatuan. Yoona hanya memandangnya tanpa kedip, entah kenapa ia justru tersihir oleh wajah Chanyeol yang menampilkan ekspresi yang benar-benar memikatnya. Dan anehnya ia ingin, ekspresi itu hanya ditujukan kepadanya, tidak untuk gadis lain. Hingga ketika terdengar olehnya teriakan teredam, teriakan kepuasan, pikirnya, Yoona memutuskan untuk pergi. Sudah waktunya ia pergi.

•SHORT SERIES• 2nd [M]Where stories live. Discover now