After The Night -2- (+) End

266 35 5
                                    

Chanyeol menghela napas panjang yang sudah sekian kali ia lakukan sepanjang hari ini. Aktivitas wanita itu menunjukkan tanda-tanda hiatus. Tidak ada hal yang menonjol dilakukannya. Yoona hanya keluar untuk membeli bahan makanan, dan selebihnya wanita itu terus mengurung diri di dalam rumahnya.

"Apa yang sebenarnya sedang ia kerjakan?" gumam Chanyeol penasaran.

Chanyeol merindukan Yoona, tidak diragukan lagi. Namun ego sebagai pria menahannya untuk menemui wanita itu. Teleponnya tiba-tiba berdering, Chanyeol berniat mengabaikannya, namun terus berdering.

Deringan keenam ia mengangkatnya. "Hm, hallo?"

“Chanyeol-ssi bisabisakah kau kesini?" Tanya orang di seberang dengan cepat.

Chanyeol tersenyum. "Im Yoona, kenapa dia meneleponku? Apa ia sudah memaafkan kejadian malam itu?" Pikir Chanyeol.

"Wae geurae?" Tanya Chanyeol.

"A..aku takut!" Jawab Yoona dengan suara mendesak.

Chanyeol menangkap nada takut dari suara Yoona, ia tersenyum, wanita itu akhirnya mengakui kalau membutuhkan dirinya.

“Baiklah aku ke sana sekarang."

Chanyeol bangkit, berjalan cepat ke area parkir, mengabaikan sapaan karyawan-karyawannya. Hatinya berbunga-bunga. Im Yoona meneleponnya, karena membutuhkannya, entah karena apa tapi ia dipanggil dan wanita itu memerlukan pertolongannya. Senyum Chanyeol mengembang mengetahui Yoona yang menunggunya di teras dan langsung berdiri melihat mobilnya memasuki halaman. Namun senyum Chanyeol perlahan menghilang ketika wajah pucat Yoona semakin terlihat jelas ketika ia mendekat. Tubuh wanita itu juga sedikit gemetar, dengan ekspresi wajah yang menyiratkan kecemasan dan ketakutan.

"Wae geurae?" Tanya Chanyeol.

"Di..dalam.. a..da  bangkai.."

Chanyeol tersenyum simpul. "Bangkai, hanya karena bangkai wanita ini sampai meneleponku." pikirnya.

"Eodie?"Tanyanya.

"Di atas meja makan.. di .. dapur." Jawab Yoona lirih.

"Tenanglah aku akan membereskannya."

Chanyeol masuk, namun ketika mengetahui apa persisnya bangkai yang dimaksud, ia mengumpat keras-keras. Buru-buru ia keluar, napasnya memburu menahan amarah yang memuncak.

"Siapa yang mengirimkannya?"Tanya Chanyeol cepat.

Yoona menggeleng. "Tidak ada nama pengirim, ataupun alamat.. Tukang posnya juga tidak bilang apa-apa.”

Chanyeol serasa ingin meledak mendengar jawaban Yoona, namun yang ia lakukan justru memeluk wanita itu, menenangkannya. Chanyeol menelepon polisi lokal untuk menyelidiki siapa pengirim bangkai kucing hitam yang mati dengan cara dibunuh secara tragis itu.

"Kami akan berusaha untuk menemukan pengirimnya, tapi saya rasa akan membutuhkan waktu lama."

Baik Yoona maupun Chanyeol menyadari tatapan aneh dari sheriff yang sudah berumur 40-an ini. Hampir semua golongan tua di kota itu tahu insiden yang menyebabkan perseteruan yang tidak seimbang mengingat keluarga Park mempunyai perusahaan dimana separuh dari warga kota bergantung, sementara keluarga Im tragisnya terkenal karena keburukan kedua orang tua Yoona.

"Cepat temukan dia, bagaimanapun caranya." Ucap Chanyeol.

Sheriff itu mengangguk lalu mohon diri untuk melanjutkan penyelidikan bersama anak buahnya. Chanyeol berbalik menghadap Yoona.

"Bangkainya sudah dibawa pergi, polisi juga sudah memulai penyelidikan, aku sudah tidak ada urusan lagi di sini, kalau begitu aku pulang."

Chanyeol menanti jawaban Yoona tapi gadis itu hanya menunduk, Chanyeol bahkan ragu wanita itu mendengarkannya. Namun ketika ia berbalik untuk pergi, Yoona justru memegang kain belakang jasnya, menahannya untuk tinggal. Chanyeol menoleh, wanita itu masih menunduk, seolah tidak sadar apa yang telah dilakukannya. Chanyeol kembali memeluknya, kali ini lebih erat. Dan seketika pertahanan Yoona runtuh, tangisnya pecah. Chanyeol menggiringnya masuk ke dalam rumah, menemani Yoona menumpahkan semua emosinya yang terpendam.

•SHORT SERIES• 2nd [M]Where stories live. Discover now