Makasih sambutan di prolognya hangat banget. Semoga tetep suka terus, ya?
Janji dulu vote sebelum baca, terus komen.
Belasan Tahun Kemudian...
Semuanya kulakukan diam-diam.
Menaikkan rok sampai ke perut, menarik ritsletingnya sampai ke atas, kemudian memutarnya ke belakang sebelum menggoyang pinggul dan memelorotkannya kembali sampai pas di pinggang. Sekarang blouse-nya.
Blus over-size dengan lengan balon warna merah ini perfecto. Cucok banget kupadukan sama rok ketat yang membalut erat pahaku. Senada juga sama sampul buku yang mau kupromosiin hari ini. Kulitku kelihatan berseri cantik, senyumku juga jadi lebih bercahaya. Yah ini worth it lah sama risikonya. Aku melenggok ke kanan dan ke kiri sekali lagi di depan cermin.
Apapun yang dipilihin Gandhi memang nggak pernah salah. Ya jelas lah... dia adalah salah satu quality assurance terbaik yang pernah dimiliki Lanoste.
Setelah memulas lip cream warna nude dan memudarkan lip tint merah bata di bagian dalamnya, aku mengatup-ngatupkan bibir sambil melirik ke balik punggung lewat pantulan cermin. Tubuh pria yang tidur tengkurap bergelung selimut putih di atas ranjang itu mendorongku mengembuskan napas berat.
Aku tahu tindakanku keliru, tapi seenggaknya kami nggak melakukan intercourse. Yang kulakukan sama Gandhi semalam tergolong hubungan seksual, kami sama-sama nyaris bugil, saling meraba dan memuaskan satu sama lain. Dia hanya nggak melakukan penetrasi di vagin... maksudku liang sanggam... ouch... sorry, di genitalku.
Ya pokoknya itu lah.
Habis... rayuan Gandhi kali ini nggak kaleng-kaleng. Dia bener-bener bawain aku blus dari Chantal's dan itu limited edition. Harganya mungkin setara dengan gajiku selama setahun. Mataku langsung ijo. It's risky, I know. Aku bisa saja diperkosa kalau Gandhi jahat. Liat aja badannya. Tinggi besar dan berotot. Waktu pertama kali kami bertemu, ngelihat lengan kekarnya aja pikiranku langsung ke mana-mana. Untung aku masih ingat untuk menjaga kehormatanku.
Tapi seperti yang kamu lihat... ini sepadan.
Aku memutar lagi.
Oh aku benar-benar keren. Aku akan menikahi diriku sendiri bila perlu.
Samudra Gandhi menemuiku lagi di kantor setelah beberapa bulan lalu Vero menguak tabir rahasia gelapnya. Cowok gagah itu sudah beristri. I should've known. Aku memang nggak mengharapkan apa-apa darinya sejak dia ditugaskan selama sebulan di kantorku untuk mengawasi produksi koleksi musim dingin Lanoste. Jelas-jelas, dia menunjukkan ketertarikannya padaku. Kami saling menggoda dan akhirnya make out di bawah meja inspeksi. Thank God aku nggak membiarkan tangan nakalnya menyelinap ke balik celana dalamku. Aku masih pakai akal sehat. Cowok seganteng dia dengan penghasilan di atas 25 juta per bulan mana mungkin nggak punya pacar, cuma aku nggak nyangka sama sekali dia sudah punya istri.
YOU ARE READING
Factory Romance
ChickLit"Malik Syarifudien Pramana, hantu masa lalumu?" tanya orang itu sambil melempar buku baruku ke meja. Suaranya tajam dan dingin. Mataku mengikuti arah terlemparnya benda itu. Dia menggeram, "Dan homoseksual? Seriously? Who plant that stupid idea in...