Chapter 26. 504 Gateway Timeout Server Error (BACA DULUAN PART 30-31)

8.3K 1.3K 193
                                    

CEPET VOTE KOMEN DULUUUU

Karena part 26-27 ini part khusus dewasa, jadi bagian detail di part yang ku-up di wattpad udah kupotong, ya. Kalau mau baca lengkap, silakan ke Karyakarsa. Terutama nanti di part 27, sih.

Jangan lupa votes dan komennya di part ini. Yang banyaaak biar aku cepet update.

Buat yang baca doang, nggak mau apresiasi, semoga nanti kalau kamu berkarya ngerasain hal yang sama, ya? Semua orang pasti punya karya entah itu karir,  kerjaan rumah, mendidik anak, belajar, menciptakan sesuatu, dsb. I hope you receive appreciation as much or as less as the appreciation you give to other people ^^

Oh iya... part 30-31 udah ada di karyakarsa.

 part 30-31 udah ada di karyakarsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 26.

504 Gateway Timeout Server Error.

Waktu seakan berhenti.

Udara di sekitarku terasa hampa. Angin tak berembus.

Kecupan itu terjadi begitu cepat, sekaligus terasa sangat lambat. Otakku sepenuhnya berhenti bekerja.

Apa yang terjadi?

Jawaban tidak ditemukan.

Apa yang harus kulakukan?

504 Gateway Timeout Server Error.

Dia menjilat bagian dalam bibirnya.

Aku masih menatap ke titik yang sama saat bola mata Pramana turun ke bawah, ke celah di antara bibirku. Kemudian, dua bola mata itu naik kembali membalas tatapanku, "Kamu yakin kamu nggak salah?" tanyanya.

Ha?

Aku berdeham, tapi ternyata suara dehamnya nggak keluar.

"Dulu...," sambungnya. "Kamu nggak salah dengar tentang siapa yang gay? Bukan aku, tapi Jamal dan Tian?"

Ha?

"Maksudku mereka juga bukan gay, tapi rumor itu bukan tentang aku—"

"Pram," potongku. "Kamu sadar apa yang barusan kamu lakuin?"

"Aku sadar."

"You've just kissed me."

"I know," kekehnya, begitu kering, begitu canggung. "It's crazy, right?"

Aku mengulum bibirku sendiri dan mengatupkannya, "You didn't ask me."

Pram mengangguk. Nggak ada pembelaan diri darinya. Dia sepenuhnya bersalah.

"I haven't said yes," sambungku.

"You're absolutely right," katanya. "Ada sesuatu di bibir kamu."

"Apa?" tanyaku, berjengit.

"I don't know...," gumamnya. Seluruh perhatiannya tertuju ke bibirku.

Factory RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang