Chapter 29. Calm and Warm (BACA DULUAN CHAPTER 35-36)

8.3K 1.1K 190
                                    

Hai...

Vote dan Komen dulu, dong...

Anyway CHAPTER 35-36 udah aku update ya di Karyakarsa. Ada yang confess, tuuuh. Jangan ketinggalan, loh.

Pengumuman soal part 29 aku hapus dan mulai kucatat hari ini ya yang ikutan.

Pengumuman soal part 29 aku hapus dan mulai kucatat hari ini ya yang ikutan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Chapter 29

Calm and Warm

"So... siapa yang nelepon, Nggrid?" tanya Pram, memecah kesunyian dengan menyalakan musik yang terakhir kali kuputar. Pram mengurangi volume suaranya.

"Ayahku," jawabku, berdusta.

"Hmmm," Pramana melirik arloji di tangan kanannya. "Ditanyai kenapa belum pulang?"

Aku membenarkan sambil lalu saja, "It's weekend," imbuhku, kalau-kalau dia bertanya-tanya.

"Weekend-weekend belum ada jam sembilan sudah ditanyai kenapa belum pulang?" Pram lalu terdiam. "Wow...," celetuknya sambil tersenyum miring menatapku sekilas. Aku mengernyit. Lalu dia menggumam, "Lama juga kita make out di kelas tadi, ya?"

Bola mataku berputar mendengar Pram mengubah topik pembicaraan begitu cepat. Pramana mengekeh kecil, lalu mengikuti irama rancak lagu Taylor Swift itu dengan ketuk-ketuk jari di atas roda kemudi. Berkali-kali, dia melirikku sambil tersenyum geli. Aku bersikeras memalingkan muka ke jendela, tapi bagaimanapun aku menghindar, tatapannya terus mengintaiku.

"Kenapa, sih?" tanyaku nggak nyaman.

"Enggak," gelengnya, menghadap ke depan dengan senyum terus terkembang. Laju mobilnya pelan sekali seolah dia nggak ingin kami segera tiba di manapun. Aku masih belum tahu dia mau pulang ke mana. "I just can't stop smiling...."

"Mesum terus, sih, pikiranmu," cemoohku.

"Kamu, sih, enak... belum lihat apa-apa... coba kalau kamu juga udah lihat...."

Aku menyabet lengannya. Pram meringis, lalu tertawa kecil.

"Terus terang aja... aku ngerasa jauh lebih lega sekarang setelah kamu jujur. Aku agak capek bersitegang terus sama kamu."

"Jadi kamu udah nggak kesel, nih, sama ulahku?"

"Setelah yang barusan itu? Nggrid... kamu boleh bikin ulah apa aja asal kita bisa ngelakuin hal yang sama kayak barusan tadi—aduh!" pekiknya gara-gara sabetan tanganku lagi-lagi mendarat di lengannya. Kali ini jauh lebih keras dari sebelumnya. Aku yakin itu menyakitkan, tapi kelihatannya suasana hati Pramana sedang sangat bagus. Dia malah terlihat senang messki gigi-giginya meringis, antara menahan sakit dan tawa. "Maklum... udah lama aku nggak begituan sama perempuan—"

Aku terhenyak dan membuka mulutku lebar-lebar.

Pramana makin senang melihat ekspresi kaget yang nggak kubuat-buat, "Gila apa?" serunya ceria. "Perempuan cantik masih banyak, ngapain juga aku begituan sama laki-laki?"

Factory RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang