Chapter 44. Lika-Liku Laki-Laki (BACA DULUAN CHAPTER 79-80)

4.6K 605 89
                                    

Kalau masih ada yang nanya, ini udah nggak dipost di wattpad?

Jawabannya, masih, kok. Mungkin sampai part 70. Selanjutnya harus baca di Karyakarsa kayak MMS dan TMM.

Karena kalian males vote aja, aku update-nya juga suka2 kapan.

Di Karyakarsa udah nyampe chapter 79-80 ya

Kalau kamu penasaran rahasia apa sih yang disimpan Pram pasca kejadian di gudang belakang sekolah dan Inggrid bahkan belum dikasih tahu, cus aja baca di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau kamu penasaran rahasia apa sih yang disimpan Pram pasca kejadian di gudang belakang sekolah dan Inggrid bahkan belum dikasih tahu, cus aja baca di sana.

Habis ini, Inggrid dan Pram bakal sering-sering interaksi lagi. Part 81-82 adalah special part.

Anyway...

Selamat membaca!
Aku tetap menunggu 500 votes 100 komen, kalau enggak, aku post suka2 aku ya. Muach

Chapter 44

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Chapter 44

Lika Liku Laki-Laki

Ngapain Pramana di sini???

Sebelum aku sempat syok, di belakangnya Vero tergopoh-gopoh menyusul sambil mengacungkan ponselku di tangannya. Pram menoleh menyadari kehadiran Vero, "Oh... thanks... but that's not my phone," katanya.

Vero kebingungan.

"Ponselku ketinggalan. Ceroboh banget, ya? Aku putar balik sama sopirnya Mr. Benny. It's funny... namanya sama kayak nama adikmu, ya, Nggrid?" terangnya, sok akrab di depan Gandhi. Mereka berkali-kali saling mengontak mata, tapi belum kunjung ada giliran saling menyapa.

Aku menjilat bibirku yang mendadak kering. "Ponselmu ketinggalan?"

"Iya," angguknya.

"Di ruang mesin?"

Pram tergelak kering. "Of course not... mungkin di atas. Aku nyariin kamu karena kupikir kamu tahu ponselku di mana—"

"Nyariin Inggrid di lantai produksi?" sela Gandhi heran.

Aku dan Pramana menatapnya secara serempak.

"Oh... maksudku... ini kan jam makan siang," kata Gandhi. "Semua orang di luar area factory... seharusnya termasuk Inggrid. Ini kunjungan nggak resmi... betul, kan, Nggrid? Nggak ada yang tahu soal kunjungan ini, kan?"

Factory RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang