Chapter 3. Meledak-Ledak Seperti Granat

13.1K 2.2K 403
                                    

Kemarin aku mau update, tapi ujan terus lampu mati. Mana harinya Kamis. Jadi aku memilih beribadah aja sama suamiku. Wkwk

"Inggrid! Nggrid!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Inggrid! Nggrid!"

Veronica menggeram persis di kupingku, tapi cubitan kecilnya di pergelangan tanganku lah yang berhasil mengentak pikiran kosongku kembali ke alam nyata. Gigiku meringis. Kulitku panas dan perih. Refleks, aku ngebalas dengan tepukan kencang di paha montoknya yang terpapar. Veronica gantian memekik sambil mengusap-usap bekas merah tamparan tanganku. Alhasil, kami berdua jadi pusat perhatian.

"Ada masalah?"

Aku kesulitan meneguk ludah.

Astaga...

Bekas cubitan Vero masih kerasa dan Pram masih berdiri di depan. Jadi ini bukan mimpi buruk. Ini kenyataan. Kok aku bisa nggak merhatiin nama QA yang dikirim Baronnes ke factory-ku? Ini nggak masuk akal, sih. Jangankan nama lengkap, misalnya ada orang lain yang sepotong namanya sama dengan nama Pram aja, aku langsung inget dia. Kalau nama lengkapnya tertera di inspection sheet, aku pasti tahu.

Pram mendongak dari selembar Proto dan Fit Sample yang kami kembangkan minggu lalu dan sudah disetujui setelah sekian resubmission (pengiriman ulang sampai sampel mendekati ketentuan buyer).

Dia berdiri tegak melipat tangannya yang menjepit berlembar-lembar measurement dan design sheet, mengerutkan alis di balik kacamata baca berbingkai hitam yang bertengger di batang hidung mancungnya.

Manik matanya pada manik mataku.

Otot-otot leherku yang kaku berusaha bergerak menggeleng, lidahku kelu. Ternyata sejak tadi aku memaku di tempatku duduk dengan mata membola dan bibir menganga. Alhasil mulutku kering kerontang, tenggorokanku sakit menelan ludah yang tersisa di mulutku. Sedikit bersembunyi di balik punggung Pram, Ms. Fok menggeleng samar dan memutar bola mata melihat tingkahku.

"Apa itu team QC yang bakal kerja bareng saya, Ms. Fok?" tanya Pram sinis.

Aku memakai kesempatan itu buat ngerebut inspection sheet Baronnes di tangan Vero. Benar, kan? Nama yang tertera di inspection sheet bukan nama dia. "Stephanie Lynn cuti hamil," bisik Vero, paham sama kebingunganku. "Itu atasannya. Kabarnya, meski Stef yang hamil, dia yang lebih galak kayak singa beranak. Siap-siap, ya, Nggrid... dia jatahmu."

"Asu," makiku tertahan.

"Lho... waktu sama Gandhi... kamu nggak bilang asu?" ledek Vero.

"Asu, asu, asu!" tambahku geregetan.

Pram bahkan nggak menunggu jawaban Ms. Fok untuk melancarkan cemoohan pertamanya padaku pagi itu.

"Pantas aja kalian harus ngirim Fit Sample sampai berulang kali. Ini factory pertama yang berani ngirim unproper Fit Sample ke Baronnes, over and over again like a stupid baboon. Jangan sampai aku harus mendirikan tenda di pabrik ini gara-gara ketololan kalian."

Factory RomanceWhere stories live. Discover now