Chapter 59. A Girl on A Bike (Baca juga Extra Part 5. Selebrasi Cinta)

3.8K 345 42
                                    

Factory Romance Extra Part yang ke-5 udah tersedia di karyakarsa, yaaa...

Factory Romance Extra Part yang ke-5 udah tersedia di karyakarsa, yaaa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kali ini special huh hah lagi. Berturut-turut dua chapter spesial jarang-jarang, sih. Tapi kayaknya extra part emang bakal bertaburan special part, selain perjuangan cinta yang belum berakhir buat Inggrid dan Pramana

Selamat Membaca!

Selamat Membaca!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




Chapter 59

A Girl on A Bike


Panggilan untuk Inggrid Clara Yuniar, untuk Inggrid Clara Yuniar, diminta menghubungi ekstensi ruang inspeksi lantai dua segera. Inggrid Clara Yuniar, hubungi ruang inspeksi lantai dua segera. SEKARANG, NGGRID. KAMI INGIN BEKERJA DENGAN TENANG.

Restu dan aku yang lagi sibuk di departemen ironing serempak balik badan dan mendongak ke atas.

"Tinggal dulu, deh, Mbak. Daripada kayak gitu terus," saran Restu letih.

Di jendela ruangannya, Pram sedang bertolak pinggang. Terpaksa, kutinggalkan pattern size sample yang lagi kuuji coba. Kalau didiemin, Pram bisa menjadi-jadi. Kupakai satu-satunya pesawat telepon di meja supervisor buat menghubunginya.

"Inggrid, kamu membungkuk terlalu rendah," katanya, nggak pake babibu. "Tadi di depanmu, anak-anak departemen washing pada kasak-kusuk ngelihatin belahan dadamu!"

Aku mau menyangkal, tapi sebelum itu, mau kubuktiin dulu kata-katanya. Rok dan legging-ku udah kutukar sama celana yang kusimpan di loker. Hampir semua personel QC yang jam kerjanya nggak pakai shif punya simpanan baju kalau-kalau mendadak harus lembur. Kupikir blus-ku nggak masalah, toh ada daleman tank top-nya.

Di departemen yang ditunjuk Pramana, sekelompok remaja baru lulus SMA yang dipekerjakan di departemen washing lagi pada nongkrong nungguin cucian di samping mesin pengering. Mereka berhamburan panik ngelihat mataku memelotot.

Hidungku mendengus. Kayaknya Pram nggak mengada-ada. Mukanya ditekuk waktu aku mendongak ke atas sambil membenahi letak blusku.

"Masih kelihatan," geramnya di kupingku.

Factory RomanceWhere stories live. Discover now